Selama ini, sudah sangat banyak pemain yang membela dua negara yang berbeda. Namun, apa yang terjadi pada legenda Real Madrid kelahiran Buenos Aires, Argentina, Alfredo Di Stefano, terbilang langka. Dia pernah membela tiga negara yang berbeda.
Ada banyak alasan mengapa seorang sepak bola pemain bisa bermain di dua negara. Pertama, karena dia memilih membela negara yang berbeda setelah berkapasitas menjadi pemain senior. Contohnya adalah Cristian Gonzales. Penyerang kelahiran Montevideo ini pernah membela Timnas U-20 Uruguay sebanyak dua kali pada tahun 1994-1996. Namun, pada tahun 2010, setelah dinaturalisasi, dia membela Timnas Indonesia senior.
Ada juga pemain yang membela dua negara berbeda karena ada negara yang baru lahir. Robert Prosinecki misalnya, dia adalah pemain Timnas Yugoslavia senior pada  tahun 1989-1991. Ketika negara Kroasia berdiri pada 1991, Prosinecki membela Kroasia. Bahkan, dia ikut serta membawa Kroasia juara tiga Piala Dunia 1998.
Bahkan, Prosinecki adalah pemain langka yang membela negara berbeda di dua piala dunia. Di Piala Dunia 1998 dia membela Kroasia, tapi pada Piala Dunia 1990 dia membela Yugoslavia. Hal yang mirip dengan Prosinecki dialami oleh Darko Pancev. Pancev pernah bermain di Yugoslavia pada tahun 1984-1991. Kemudian, pada tahun 1993-1995, dia membela Macedonia.
Ada juga pemain yang sekalipun pernah membela timnas senior satu negara, kemudian memilih pindah ke negara lain. Kasus ini seperti yang terjadi pada Diego Costa, Thiago Motta, dan Wilfiried Zaha. Costa pernah membela Brasil, tapi kemudian membela Spanyol. Motta pernah membela Brasil, tapi kemudian membela Italia. Zaha pernah membela Inggris, kemudian membela Pantai Gading. Ketiganya boleh pindah negara karena di negara terdahulu ketiganya bermain dilaga persahabatan, bukan laga resmi turnamen atau pra turnamen.
Saat ini, perpindahan negara ketat dilakukan. Pemain yang di level senior sudah membela sebuah negara di ajang resmi, maka dia dilarang membela negara lain. Hal inilah yang dijadikan senjata beberapa negara untuk mengamankan asetnya. Misalnya, Mauro Icardi buru-buru diberi kesempatan main oleh Argentina di kualifikasi Piala Dunia 2014 saat melawan Uruguay. Hal ini dilakukan agar Icardi tidak membelot ke Italia.
Jika saat ini perpindahan negara ketat dilakukan, tak begitu di masa lalu. Ada pemain yang membela dua negara karena aturannya tak begitu ketat. Misalnya, Ferenc Puskas yang mampu membela Timnas Hungaria senior lalu kemudian membela Timnas Spanyol senior. Banyak pemain yang seperti Puskas di masa lalu. Satu di antaranya adalah Alfredo Di Stefano.
Bahkan uniknya, Di Stefano bermain di tiga negara yang berbeda. Pemain kelahiran Buenos Aires pada 4 Juli 1926 itu membela Argentina pada tahun 1947 pada gelaran yang kini dikenal dengan nama Copa America. Pada ajang itu, Di Stefano membuat enam gol dalam enam pertandingan. Dia membawa Argentina juara Copa America 1947.
Dua tahun setelahnya, Di Stefano membela Kolombia. Dia bermain untuk Timnas Kolombia empat kali dalam rentang waktu tiga tahun. Setelah membela Kolombia, dia sempat ingin membela Argentina. Namun, hal itu tidak diperbolehkan setelah FIFA karena Stefano telah membela Kolombia.
Pada tahun 1957, Di Stefano menjadi warga negara Spanyol. Karena itu, dia pun bisa membela Timnas Spanyol. Dalam rentang waktu 1957-1961, dia bermain 24 kali bagi Spanyol dan membuat 23 gol. Di Stefano meninggal pada tahun 2014. Sebelum laga semifinal Argentina melawan Belanda di Piala Dunia 2014, dilakukan doa untuk Di Stefano.
Tak Pernah Ikut Piala Dunia
Di Stefano adalah legenda yang tak pernah mencicipi bermain di Piala Dunia. Pada 1950, Argentina menolak ikut piala dunia. Empat tahun kemudian, Argentina gagal lolos ke Piala Dunia. Namun, jika pun Argentina lolos piala dunia kala itu, Stefano tak akan bisa bermain karena sudah pernah bermain di Timnas Kolombia.
Peluang main di piala dunia kembali terbuka setelah Stefano bermain di Timnas Spanyol. Sayangnya pada Piala Dunia 1958, Spanyol tak lolos ke piala dunia. Pada tahun 1961, Stefano ikut membantu Spanyol lolos ke Piala Dunia 1962. Sayangnya sebelum Piala Dunia 1962 digelar, Stefano cedera otot sehingga dia tidak bisa ikut berpartisipasi pada ajang akbar tersebut.
Terkenal di Madrid
Di Stefano lebih dikenal sebagai legenda sepak bola di Real Madrid. Sebab, dia ikut berperan besar memba aLos Blancos juara Piala Champions (kini bernama Liga Champions) sebanyak lima kali. Dia juga ikut membawa Real Madrid juara La Liga sebanyak delapan kali.
Ketajaman Stefano di Madrid luar biasa. Dia mampu membuat 216 gol dalam 282 pertandingan di La Liga. Jika ditotal di semua ajang resmi, dia membuat 307 gol bagi Madrid dalam 396 laga.
Saking hebatnya, pemain berjuluk Blond Arrow ini dikatakan Pele sebagai pemain terhebat yang dimiliki Argentina. Pele sepertinya secara tak langsung ingin mengatakan bahwa Maradona (seterunya dalam hal pemain hebat dunia), kalah dari Stefano. Majalah Frace Football juga mendapuk Stefano sebagai pemain terbaik keempat sepanjang masa setelah Pele, Maradona, dan Johan Cruyff. Penilaian itu berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Frace Football. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H