Aku menemukannya di pinggir jalan Kota, di depan Hotel bintang lima yang tak pernah surut pengunjung. Wajahnya yang periang membuat siapa saja yang pertama kali melihatnya, langsung jatuh hati. Termasuk aku. Bukan karena wajahnya yang tampan atau kulitnya yang kuning langsat, tapi dari keteduhan tatapannya yang menenangkan.
Aku yang baru saja pulang kerja langsung menghampirinya. Duduk diantara dua orang perempuan yang tampak baru selesai menangis. Entahlah, sepertinya tidak baik terlalu banyak mencampuri urusan orang lain. Dan, persis saat aku duduk di hadapannya, ia mengulurkan tangan sambil menyebutkan nama dengan nada yang sopan.
"Nama saya Anas," katanya dengan deretan gigi yang tampak dari senyumannya.
"Aku Fahmi," jawabku dengan senyum yang tak kalah ramah.
Perkenalan singkat selesai.
Aku yang sebenarnya Tk paham apa yang sedang mereka lakukan, memilih diam. Sampai akhirnya salah satu perempuan itu mengucapkan sesuatu.
"Berarti masih ada kesempatan untuk saya bertobat dan masuk ke surga-NYA?" Tanya perempuan berambut pirang di sebelah kananku.
"Masih ada. Karena Allah maha pengampun, lagi maha pengasih dan penyayang. Asalkan anda benar-benar bertobat dan tidak mengulangi lagi dosa yang telah lalu.
"Kalau saya bagaimana?" Tanya perempuan yang satunya.
"Sama, meski kalau dipikir dosamu lebih berat dibanding temanmu ini," jawabnya santai.