Mohon tunggu...
M. Kholilur Rohman
M. Kholilur Rohman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pegiat literasi yang berasal dari Kota Sumenep sekaligus Murabbi Ma'had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) UIN Malang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pencuri Kenangan yang Tertangkap di Sebuah Kafe pada Malam Hari

22 Agustus 2024   07:30 Diperbarui: 22 Agustus 2024   07:32 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Totabuan.co

"Karena pertemuan kita malam ini sangat singkat,"

"Hmm... tapi apakah kamu tidak mau mencontohkan dari versi kenangan buruk?" Tanyaku sekaligus menuntut contoh baru dari sudut yang lain.

Kau terdiam. Hening menyelimuti kebersamaan kita. Sementara orang-orang sekitar di cafe ini sibuk meramaikan suasana dengan berbagai kata-kata yang dilepas ke udara.

"Mungkin begini, jika kenangan itu berangkat dari sisi buruk, dan pencuri itu berhasil melakukan aksinya, maka efek positif yang akan terjadi nantinya," jawabmu santai.

"Terus? Bagaimana itu maksudnya?" Tanyaku mencoba memperdalam jawabanmu sebelumnya.

Lagi-lagi kau menghela nafas. Menyebarkan pandangan. Lalu menyeruput kopi yang hampir tandas itu. Sebelum dengan fasih kau menjawab pertanyaanku itu melalui peta konsep yang ditulis pada halaman terakhir buku itu lagi. Entah itu buku apa.

"Misal begini, aku pernah membuatmu putus dengan pacarmu. Lalu di hari yang lain, aku sudah menjadi pacar dari mantanmu itu. Dengan pengetahuan yang cukup, tentu kamu menganggap ini sebagai kenangan buruk. Dan aku adalah sebagai biang keroknya. Sebagai orang yang harus dibenci, dijauhi, bahkan dibunuh dengan cara yang sadis. Begitu kan kira-kira?" Tanyamu meminta verifikasi.

Aku hanya manggut-manggut. Dan jujur, pembahasan ini membuat kantuk yang sempat singgah menjadi pergi jauh entah ke mana.

"Otomatis, begitu pencuri kenangan itu bekerja lalu berhasil, dan yang dicuri adalah kenangan buruk tadi, maka aku pun akan menghilang dari pikiranmu sebagai orang yang sadis, biadab, dan semacamnya. Lalu dengan alasan yang logis dan alur yang begitu apik, aku akan berubah menjelma sahabat dekat, saudara senasib, atau bisa juga sebagai perantara bertemunya kau dengan pasanganmu yang sejati," jawabmu yang kemudian disusul asap rokok dari mulutmu.

Kini pemahamanku mulai utuh. Memang, malam yang semakin kelam dengan lampu-lampu cafe yang berpijar ria selalu membawa siapa saja tertarik menekuni sebuah pembahasan. Dari saking senangnya, siapa saja yang terjerat di dalamnya bisa lupa bahwa malam hari sudah berubah menjadi dini hari.

"Berarti intinya, efek dari pencurian kenangan itu bisa berbentuk positif dan negatif?" Tanyaku memastikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun