Tanpa sengaja aku melewati warung yang sedang menyetel televisi siaran pertandingan sepak bola. Aku terdiam mengamatinya sejenak. Merindukan suasana saat bermain bersama teman-temanku. Namun alangkah terkejutnya aku, ketika melihat Hafil ada disana. Di salah satu tim yang sedang bertanding kala itu. Dengan cepat aku mencari info terkait Hafil hingga aku berhasil mendapatkannya.
##@@##
Pertemuan yang dirindukan akhirnya terjadi. Tepat disaat aku udah mencapai satu bulan di Jakarta. Awal mulanya saat tim Hafil ingin bertanding, aku nekad menerobos ribuan supporter saat menyambut pemain yang keluar dari bis.
"Rivan..!!" kata Hafil terkejut setelah melihatku yang lebih pantas dipanggil gelandangan.
Adegan pelukan akhirnya terjadi begitu saja tanpa direncanakan sebelumnya. Percakapan singkat terjadi antara aku dan Hafil. Hafil tak bisa berlama-lama saat itu karena sebentar lagi ia akan bertanding.
Di waktu yang lain, aku dan Hafil kembali bertemu kemudian bercerita panjang kali lebar satu sama lain. Kedua orang tua hafil yang meninggal lantaran penyakit yang menyerang membuatnya hampir putus asa. Sebab itu Hafil kembali mecoba sepak bola hanya sebatas ingin menghibur hatinya. Tanpa disangka-sangka, penawaran untuk menjadi pemain sepk bola resmi berdatangan pada dirinya hingga akhirnya seperti ini keadaannya.
Sejak saat itu aku dan Hafil memiliki misi untuk menyatukan lima serangkai yang telah lama bercerai-berai. Kami hanya menunggu waktu yang tepat untuk merealisasikan hal itu. Entah itu kapan, hanya tuhanlah yang maha tahu. Aku hanya ingin mengulang perayaan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H