Mohon tunggu...
M. Kholilur Rohman
M. Kholilur Rohman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pegiat literasi yang berasal dari Kota Sumenep sekaligus Murabbi Ma'had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) UIN Malang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cahaya di Ujung Senja

22 Mei 2019   08:20 Diperbarui: 22 Mei 2019   08:23 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertandingan final sepak bola nasional usia remaja sebentar lagi akan segera digelar. Riuh gemuruh penonton memadati stadion gelora bung karno (GBK) Jakarta. Suara terompet dan drum yang ditabuh saling bersahut-sahutan tak kenal lelah. Aku, Ibar, Firman, Malthuf, dan Hafil tergabung dalam club Galaxy FC dibawah asuhan coach Guntur Pratama. Perjalanan terjal yang kami tempuh tak membuat kami putus asa dan kembali ke garis start. Semua kami hadapi dengan sabar dan semangat. Hingga akhirnya aku dan teman-temanku bisa menginjakkan kaki di stadion terbesar di Indonesia dalam pertandingan final kejuaraan sepak bola usia remaja.

Menit ke 90 telah tertulis di angka layar. Menandakan pertandingan sebentar lagi akan segera usai. Skor sementara 1-0 atas keunggulan tim kami. Perpanjangan waktu tiga menit membuat semuanya masih mungkin terjadi. Pertandingan semakin panas. Satu menit bagaikan satu jam bagi club kami. Dan mungkin sebaliknya bagi kelompok lawan.

Priiit..priitt.. suara peluit wasit telah dikumandangkan. Bertanda bahwa pertandingan telah benar-benar usai. Seluruh supporter seketika itu pula berhamburan ke bawah. Menyambut kemenangan kami dengan gelak tawa dan senyuman yang terpatri di setiap wajah. Kami diangkat dan dijunjung tinggi oleh mereka mendekati awan yang jauh diatas sana. Meski tak benar-benar dekat, setidaknya mengurangi jarak yang terlampau jauh tak terkira.

##@@##

Tanpa kusadari gelap telah menyelimutiku sejak tadi. Mencipta perayaan besar akan sebuah kemenangan di lapangan hijau. Dan kini aku telah kembali pada waktuku. Dimana kenyataan ada disana. Aku kembali membersihkan celanaku yang dihinggapi pasir. Berdiri kemudian pergi meninggalkan ombak pantai sendirian.

Ingatan itu kembali terbang mengelilingi pikiranku. Menghalangiku untuk membuka pintu mimpi. Dan benar. Aku tidak bisa tidur malam ini. Terbuai oleh perayaan besar yang baru saja aku rayakan bersama sahabat-sahabatku. Dan kini semuanya telah sirna. Aku harus berjuang lebih keras lagi agar bisa menggapai perayaan yang menungguku di masa depan.

"Ya. Tampaknya sekarang aku harus nekad" kataku dalam hati.

Rembulan semakin menunjukkan kekuasaannya di angkasa. Sedangkan aku msih berkutat dengan pikiranku sendiri. Hingga akhirnya semuanya gelap.

##@@##

Setelah melewati serangkaian tragedi, akhirnya aku berhasil menginjakkan kaki di kota jakarta. Mencari sesosok sahabat yang merantau di jantung kota. Entah kemana kaki ini harus melangkah. Yang jelas kali ini aku tidak boleh menyerah. Sebab aku tidak ingin perayaan ini hanya terjadi sekali.

Satu minggu sudah aku berada di negeri orang. Hidup seperti gelandangan mengais sisa-sisa makanan. Restu yang tak kudapat dari orang tua membuatku hanya berbekal keberanian. Dan disinilah kemelaratanku dimulai. Dicaci, dihina, dimaki, dan diusir adalah camilanku setiap harinya. Hari-hariku dipenuhi air mata yang tak jadi jatuh lantaran aku sadar bahwa aku adalah seorang lelaki dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun