Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Naturalisasi: Kebanggaan Semu dan Euforia Ilusi?

15 September 2024   08:35 Diperbarui: 15 September 2024   08:37 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naturalisasi Pemain Sepak Bola: Menguatkan atau Mengecilkan Identitas Nasional | Jurnalpost 

 

Secara etimologis, kata "naturalisasi" berasal dari bahasa Latin naturalis, yang berarti 'alami' atau bersifat alamiah. Ketika ditambahi akhiran "-isasi", berarti menunjukkan suatu proses. Dengan demikian, 'naturalisasi' berarti proses menjadikan sesuatu atau seseorang menjadi bagian yang dianggap alami dalam suatu lingkungan.

Dalam konteks sepak bola, naturalisasi adalah proses pemberian kewarganegaraan kepada pemain asing agar mereka dapat memperkuat tim nasional negara tersebut. Fenomena ini telah menjadi strategi yang populer di berbagai negara yang ingin mempercepat peningkatan performa tim nasional mereka. Namun, meskipun naturalisasi pemain dapat memberikan dampak instan, sering kali muncul perdebatan mengenai dampak jangka panjangnya terhadap sepak bola lokal dan identitas nasional.

Di Indonesia, proses naturalisasi pemain sepak bola sering kali disambut dengan euforia yang luar biasa, terutama setelah beberapa kemenangan yang diraih Tim Nasional Indonesia. Namun, euforia ini bisa jadi hanya merupakan bentuk patriotisme semu yang menyesatkan. Masyarakat mungkin merasa bangga dengan kemenangan yang dicapai oleh tim nasional, namun jika kemenangan tersebut didominasi oleh kontribusi pemain asing yang dinaturalisasi, apakah kebanggaan itu benar-benar autentik?

Identitas Nasional yang Terganggu

Dalam sepak bola, tim nasional biasanya dipandang sebagai cerminan identitas negara. Pemain yang mewakili tim nasional bukan hanya sekadar atlet, tetapi juga perwujudan budaya, etnis, dan semangat nasional yang menjadi kebanggaan warga negara. Ketika pemain yang mewakili negara bukanlah warga negara asli, identitas tim nasional dapat menjadi kabur. Penonton mungkin mulai merasa terputus secara emosional dengan tim yang mereka dukung, karena para pemain yang berlaga di lapangan bukanlah individu yang mereka kenal tumbuh di tanah air mereka. Dalam konteks ini, euforia kemenangan dengan mayoritas pemain naturalisasi bisa dianggap sebagai kebanggaan semu yang tidak sepenuhnya mencerminkan prestasi nasional.

Contoh nyata dari hilangnya identitas lokal bisa dilihat dari kasus beberapa negara, termasuk Indonesia, di mana jumlah pemain naturalisasi yang mengisi tim nasional hampir mencapai 80%. Masyarakat mungkin menikmati kemenangan yang diperoleh, tetapi pertanyaan yang perlu diajukan adalah: apakah ini benar-benar kemenangan yang mewakili pencapaian negara tersebut? Atau hanya pencapaian sementara yang dipenuhi dengan ilusi?

Mengurangi Kesempatan Pemain Lokal

Naturalisasi pemain asing juga membawa risiko menghambat perkembangan pemain lokal. Para pemain lokal, yang seharusnya mendapatkan kesempatan untuk berkembang di panggung internasional, kini harus bersaing dengan pemain yang sudah memiliki pengalaman dan keterampilan yang lebih tinggi. Akibatnya, banyak pemain muda berbakat tidak mendapatkan kesempatan yang memadai untuk bermain di pertandingan besar. Kesempatan terbatas ini bisa memengaruhi motivasi pemain lokal dan, lebih jauh lagi, menghambat regenerasi pemain yang berkualitas di masa depan.

Selain itu, terlalu mengandalkan pemain naturalisasi dapat menciptakan keterlenaan jangka pendek. Fokus federasi sepak bola, dalam hal ini PSSI, bisa teralihkan dari pentingnya investasi dalam pengembangan pemain muda lokal dan infrastruktur sepak bola yang lebih baik. Jika federasi terlalu tergantung pada hasil instan yang diberikan oleh pemain naturalisasi, maka proses pembinaan pemain lokal bisa terabaikan. Hal ini dapat berdampak buruk pada masa depan sepak bola Indonesia, karena tidak ada regenerasi yang memadai untuk memastikan performa tim tetap kuat di masa depan.

Euforia Kemenangan Semu 

Kemenangan dengan bantuan pemain naturalisasi sering kali memicu euforia massa yang besar. Namun, ada pandangan kritis yang menyebut bahwa euforia ini sebenarnya merupakan kemenangan semu. Kebanggaan yang muncul tidak sepenuhnya didasarkan pada prestasi pemain lokal yang seharusnya menjadi representasi sejati dari tim nasional. Alih-alih melihat kemenangan sebagai hasil dari kerja keras dan pengembangan sistem sepak bola lokal, masyarakat terjebak dalam ilusi keberhasilan yang disebabkan oleh pemain asing.

Kebanggaan ini bersifat sementara dan bisa menjadi menyesatkan. Pemain naturalisasi mungkin tidak memiliki ikatan emosional yang mendalam dengan negara yang mereka wakili, sehingga ketika mereka pensiun atau tidak lagi bermain untuk tim nasional, rasa keterhubungan antara tim dan masyarakat bisa memudar. Selain itu, kemenangan yang diraih melalui kontribusi pemain naturalisasi bisa mengaburkan masalah struktural dalam pengembangan sepak bola nasional. Masyarakat mungkin teralihkan dari kenyataan bahwa sistem pembinaan pemain muda lokal masih membutuhkan perbaikan yang signifikan untuk dapat bersaing di tingkat internasional.

Strategi Pembinaan yang Jelas dan Terukur 

Strategi naturalisasi mungkin memberikan hasil yang instan dan memperkuat tim nasional dalam jangka pendek, tetapi hal ini tidak boleh dijadikan solusi utama. Negara-negara seperti Qatar, China, dan Filipina telah mengadopsi strategi ini untuk meningkatkan performa mereka, namun tetap ada risiko besar jika strategi ini tidak diimbangi dengan pengembangan pemain lokal. Jika pemain naturalisasi pensiun, tim nasional bisa mengalami penurunan performa yang signifikan. Oleh karena itu, keberhasilan jangka panjang dalam sepak bola memerlukan investasi berkelanjutan dalam pembinaan pemain muda dan pengembangan infrastruktur sepak bola lokal.

Pada akhirnya, naturalisasi pemain sepak bola memberikan dua sisi mata uang yang berlawanan. Di satu sisi, ini bisa memberikan hasil instan dan meningkatkan performa tim nasional. Namun di sisi lain, ini bisa merusak identitas tim, mengurangi kesempatan bagi pemain lokal, dan menciptakan kebanggaan yang tidak autentik. Oleh karena itu, penting bagi PSSI dan masyarakat Indonesia untuk tidak terjebak dalam euforia sesaat, tetapi melihat ke masa depan dengan fokus pada pembangunan jangka panjang yang mengutamakan pembinaan pemain lokal demi keberlanjutan sepak bola Indonesia. Naturalisasi bisa jadi solusi sementara, tetapi investasi pada pemain lokal adalah solusi sejati. Oleh karenanya yang kita butuhkan sesungguhnya model strategi pembinaan dunia sepak bola yang jelas dan terukur. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun