Pernyataan Bahlil Lahadalia tentang "Raja Jawa" merupakan contoh yang menarik dari bagaimana bahasa digunakan dalam konteks politik yang kompleks. Melalui analisis sosio-pragmatik, kita dapat melihat bahwa pernyataan ini bukan sekadar candaan, melainkan sebuah komunikasi strategis yang penuh dengan makna sosial dan politik. Begitu juga reaksi masyarakat dan elite politik terhadap pernyataan Bahlil  menunjukkan bagaimana komunikasi politik selalu melibatkan interpretasi yang dipengaruhi oleh konteks sosial dan dinamika kekuasaan.
Dalam politik, kata-kata tidak pernah sekadar apa yang terungkap dan atau terujarkan; kata-kata merupakan alat untuk membentuk persepsi, menguatkan kekuasaan, dan mengarahkan dinamika sosial. Dengan demikian jangan mudah mempercayai begitu saja.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H