Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

'Qurban' Untuk 'Korban'

4 Juni 2024   14:52 Diperbarui: 4 Juni 2024   15:33 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Arab memiliki pengaruh yang sangat kuat dan luas  terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Lebih dari setengah kosakata dalam bahasa Indonesia saat ini berasal dari bahasa Arab. Pengaruh tersebut dengan mudah kita lihat jejaknya dalam berbagai ranah, terutama dalam ranah agama Islam,  kemasyarakatan, bahkan hukum dan pemerintahan .

Beberapa kosakata bahasa Indonesia masih menunjukkan pengaruh bahasa Arab-nya yang kuat. Sedangkan yang lain, karena  sudah terasimilasi,  sehingga sudah tidak lagi terasa seperti kata serapan. Misalnya, kosakata yang mengandung dua konsonan seperti "kh" atau "sy" masih kuat pengaruh Arab-nya, baik dalam pengucapan maupun transliterasinya. Contohnya kata "akhir," "khazanah," "khawatir," "syukur," "syair," dan "syiar." Di sisi lain, kosakata  "abad," "bab," dan "zat" sudah tidak lagi terasa pengaruh Arab-nya.

Seperti halnya dengan penyerapan kosakata dari bahasa asing lainnya, kosakata dari bahasa Arab mengalami proses adaptasi sebelum menjadi bagian dari kosakata bahasa Indonesia. Setelah dirasakan berterima dan digunakan secara luas, kosakata tersebut kemudian dicatat dan menjadi bagian dari khazanah Kamus Besar Bahasa Indonesia. 

Proses penyerapan ini tidak hanya sebatas penerjemahan, tetapi juga melibatkan pengambilan konsep atau kata yang sebelumnya tidak dimiliki dalam bahasa Indonesia. Karena itu, tidak semua kata yang diserap harus memiliki bentuk dan makna yang sama dengan bahasa aslinya.

Penyerapan kosakata yang berasal dari Bahasa asing bahkan seringkali mengubah bentuk dan makna kata tersebut. Perubahan ini bisa sangat signifikan. Misalnya, kata "qurban" diserap menjadi "kurban" dan "korban," yang menunjukkan perubahan dalam bentuk dan makna. Secara etimologis, kata "kurban" berasal dari "qaraba-yaqrabu-qurbanan," yang berarti 'pendekatan atau mendekatkan diri kepada Allah.' 

Beberapa sumber mengartikan kata ini sebagai 'dekat.' Oleh karena itu, teman dekat disebut "karib" dan hubungan persaudaraan disebut "kerabat." Sinonim dari kata "qurban" dalam konteks ibadah adalah "al-udhhiyah" dan "adh-dhahiyyah," yang berarti 'binatang sembelihan.' Dengan demikian, ibadah qurban adalah tindakan menyembelih binatang untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Kata "qurban" yang berarti 'dekat' diserap menjadi "kurban" dengan penyesuaian ejaan. Huruf "q" pada "qurban" menjadi "k" pada "kurban." Perubahan serupa juga terlihat pada kata "qodar" menjadi "kadar," "qalbu" menjadi "kalbu," dan "qudrah" menjadi "kodrat." Dalam bahasa Indonesia, kata "kurban" memiliki dua makna. 

Selain berarti 'persembahan kepada Allah' seperti kambing, sapi, atau unta yang disembelih pada hari Raya Haji, kata "kurban" juga berarti "pemberian untuk menyatakan kesetiaan atau kepatuhan pada perintah Allah SWT".

Makna pertama terkait dengan ibadah yang dilakukan umat Islam" sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Kautsar (108:2)  dan Surah Al-Hajj (22:34), serta dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dalam Surah As-Saffat (37:102-107). Sedangkan makna kedua terkait dengan tradisi. Misalnya, di Aceh ada tradisi yang baik berupa kearifan lokal, yakni  "makmeugang". 

Pada kegiatan ini masyarakat secara bergotong royong menyumbangkan dana untuk dibelikan hewan sembelihan seperti kambing, sapi atau kerbau yang kemudian dimasak ramai-ramai dan dibagikan kepada seluruh warga kampung. Kegiatan "makmeugang" ini umumnya dilaksanakan saat tibanya bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Baik dalam konteks ibadah syar'i Idul Qurban maupun tradisi atau kearifan lokal, berqurban adalah salah satu ibadah yang sangat penting dalam Islam. Berqurban merupakan bentuk ketaatan dan syukur kepada Allah atas rezeki dan karunia yang telah Allah anugerahkan kepada hambanya serta mendekatkan diri kepada Allah melalui pengorbanan dan kepatuhan. Selain itu, melalui semangat berqurban, umat Islam diajarkan untuk berbagi dengan sesama, terutama dengan mereka yang kurang mampu.

Dalam Bahasa Indonesia, dari kata "qurban" juga diturunkan kata "korban," dengan perubahan huruf "u" menjadi "o." Perubahan ini menyebabkan perubahan makna yang signifikan. 

"Korban" berarti 'orang atau binatang yang menderita atau mati akibat suatu kejadian atau perbuatan jahat.' Kata "korban" sering digunakan dalam berita yang menunjukkan kemalangan, seperti kebakaran, gempa bumi, dan longsor, serta dalam peristiwa yang lebih kecil atau personal seperti pemerkosaan, penjambretan, dan pembunuhan.

Perubahan atau transformasi bentuk dan makna kata dari bahasa sumber menunjukkan bagaimana bahasa berkembang dan beradaptasi. Dalam kasus bahasa Arab ke bahasa Indonesia, perubahan ini terjadi baik dalam susunan  katanya  maupun maknanya. Meskipun ada dualisme penulisan "qurban" dan "kurban," terutama dalam penamaan Hari Raya Haji---Idul Qurban atau Idul Kurban---kita menerimanya tanpa masalah.

Dalam hal penyerapan bahasa dari bahasa lain, sikap yang bijaksana dan terbuka sangat penting untuk menjaga kekayaan dan keberagaman bahasa kita. Dengan bersikap terbuka namun tetap kritis dan berhati-hati, kita akan dapat menjaga keseimbangan antara memperkaya bahasa kita dengan kata-kata baru dan melestarikan keaslian serta keindahan bahasa yang sudah ada. Hal ini harapanya  akan memastikan bahwa bahasa nasional kita akan tetap hidup, relevan, dan kaya makna serta  muatan budaya.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun