Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Idul Fitri: Kembali Sarapan Pagi

6 April 2024   16:44 Diperbarui: 6 April 2024   16:45 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
50 Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 Perusahaan: Pendek dan Sopan - Sonora.id 

Boleh jadi akibat pemaknaan yang kurang tepat tersebut menjadi pangkal mula mengapa ritual Idul Fitri dalam kantong memori umat Islam di negeri ini dipersepsi sebagai kegiatan budaya yang wajahnya seperti kita lihat saat ini; memunculkan terjadinya perpindahan manusia secara besar-besaran dari kota ke desa yang disebut mudik, tradisi sungkeman, tradisi halal bihalal dan sejenisnya.. Padahal andai saja pengartian Idul Fitri itu pada yang kedua , yakni 'kembali berbuka' mungkin persoalanya akan jauh lebih sederhana, dan kedatangan hari raya Idul Fitri tidak harus menjadi perhelatan budaya kolosal dan terkesan jor-joran. Pemahaman yang tepat mengenai makna dari Idul Fitri dapat membantu kita untuk merayakan perayaan tersebut dengan lebih bermakna dan sesuai dengan ajaran agama Islam.

Sebagai tambahan, penting juga untuk diingat bahwa perayaan Idul Fitri tidak hanya sekadar "kembali berbuka" secara harfiah, tetapi juga sebagai momen penting untuk merayakan kemenangan atas diri sendiri, dalam arti telah berhasil menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan dengan penuh kesabaran dan keimanan. Selain itu, Idul Fitri juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi dengan keluarga, kerabat, dan sesama umat Muslim.

Memang, ada kemungkinan bahwa dalam seiring berjalannya waktu dan perubahan budaya, makna asli dari suatu perayaan sering kali dapat tercampur dengan elemen-elemen budaya lokal. Ini adalah hal yang wajar dalam dinamika kehidupan masyarakat. Namun, sebagai umat Islam, penting untuk tetap mengingat esensi sebenarnya dari perayaan tersebut dan menjaga agar nilai-nilai agama tidak tergerus oleh perubahan zaman.

Kita dapat memahami bahwa tradisi mudik, sungkeman, halal bihalal, dan sejenisnya, meskipun bisa menjadi bagian dari perayaan Idul Fitri yang turut mempererat hubungan sosial, sebaiknya tidak melupakan esensi utama dari perayaan ini. Sehingga, dengan menjaga pemahaman yang benar mengenai Idul Fitri, kita dapat merayakannya dengan penuh makna dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT serta sesama manusia. Semoga Idul Fitri tahun ini dan seterusnya memberikan kebahagiaan, keberkahan, dan ketakwaan bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun