Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Merasa Dibela, Gibran pun Mendadak "Tantrum"

16 Desember 2023   10:22 Diperbarui: 16 Desember 2023   10:29 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tingkah Konyol Gibran Masih Jadi Sorotan Usai Debat Perdana Capres 2024, Komentar Netizen Bikin Ngakak (harianaceh.co.id) 

Debat pertama calon presiden (capres) Pemilu 2024 pada Selasa (12/12) masih terus menjadi sorotan masyarakat. Selain topik-topik  yang diperdebatkan menarik karena terkait  hajat publik: pemerintahan, hukum, hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik dan kerukunan warga, tetapi juga akibat ulah tidak terpuji Gibran Rakabuming Raka,  calon wakil presiden Capres Prabowo Subianto. Forum debat perdana tersebut oleh sebagian orang dinilai menyisakan cela karena tindakan kontroversial Gibran di luar arena.

Seperti diketahui, dalam debat tersebut, Anies Baswedan Capres nomor 01 menanyakan alasan keputusan Prabowo Subianto Capres nomor 02 yang tetap memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presidennya. Padahal  sebagaimana dinyatakan oleh MKMK,  keputusan MK terkait batas usia capres cawapres dinilai melanggar etika berat.

Menanggapi pertanyaan menohok itu, Prabowo pun menyebut bahwa tim pakar hukumnya menyampaikan bahwa dari segi hukum hal tersebut tidak ada masalah. Bahkan terkait pelanggaran etika itu sudah mendapat tindakan. Prabowo juga mengatakan bahwa keputusan itu sudah final dan tidak dapat diubah. Prabowo  juga mengatakan bahwa saat ini rakyat yang akan memutuskan dan menilai. "Kalau rakyat tak suka Prabowo Gibran, gak usah pilih kami," paparnya.

Prabowo juga menegaskan bahwa pihaknya tidak takut tidak memiliki jabatan. "Saya tidak takut tidak punya jabatan Mas Anies, sorry ye.. sorry ye," jelasnya. Prabowo pun mengatakan bahwa dirinya juga tidak punya apa-apa dan sudah siap mati untuk membela negara ini. Nah jawaban "heroik" ala Prabowo tersebut telah meriuhkan arena debat serta memicu Gibran Rakabuming Raka selaku Cawapresnya Prabowo mendadak berdiri, lantas mengayun-ayunkan tangan ke atas ke bawah  berkali-kali sebagai kode agar para pendukungnya meninggikan sorakan sekaligus memberikan tekanan psikologis pada lawan debat Prabowo.

Pernyataan Prabowo Subianto tersebut secara benderang merupakan pembelaanya terhadap Gibran Rakabuming Raka. Oleh karena itu tidak heran jika reaksi fisik Gibran pun yang berdiri dan mengayunkan tangan sebagai kode untuk meningkatkan sorakan pendukungnya menunjukkan bahwa dia merasa didukung serta dilindungi oleh  Prabowo. Selain itu, melegitimasi dirinya sebagai sebagai calon wakil presiden 2024.  Reaksi fisik Gibran yang dinilai sebagai 'tantrum' oleh nitizen, dapat mencerminkan kepuasan atau rasa percaya diri yang diperolehnya dari dukungan Prabowo, sambil mencoba memanfaatkan momen tersebut untuk memperkuat posisinya di mata pendukungnya.

Namun yang tidak disadari oleh Gibran, laku lajak dan prilaku konyol dirinya yang seperti  tim horeanak s ekolah itu mendapat berbagai respon negatif warganet. Banyak warganet yang mencibir sikap Gibran yang dianggap berlebihan dan kurang sopan. Dalam perdebatan itu Gibran dianggap tidak dewasa karena akibat sikapnya yang  tidak mampu menahan emosi. Bahkan sebagian warganet menjulukinya seperti "bocah yang lagi tantrum" dan tagar "KitaTantrum" pun menjadi trending topik di Twitter dan media sosial lainnya.

Apakah Tantrum?

Dalam kamus Bahasa Indonesia, tantrum diartikan sebagai kemarahan dengan amukan karena ketidakmampuan mengungkapkan keinginan atau kebutuhan dengan kata-kata. Dalam konteks kajian linguistik klinis, tantrum dapat dianggap sebagai bentuk komunikasi yang mencerminkan ketidakmampuan individu untuk menyampaikan pesan atau kebutuhan secara adaptif, melibatkan ekspresi verbal dan non-verbal. 

Tantrum biasanya dilakukan oleh anak-anak atau orang yang dianggap belum dewasa. Sedangkan prilaku tantrum pada orang dewasa seringkali disebut sebagai "meltdown" atau "outburst". Beberapa penyebab umum tantrum pada orang dewasa bisa bersumber akibat beban stres yang tinggi, frustrasi, kelelahan dan  kurang tidur, serta akibat adanya berbagai ganguan mental seperti depresi, kecemasan yang berlebihan. Apakah Gibran mengalami tanda-tanda seperti itu, hanya Tuhan dan Gibran yang tahu.

Apapun alasanya, sebagai tokoh publik yang kini maju sebagai seorang cawapres Gibran memiliki tanggung jawab besar terhadap masyarakat. Dirinya kini bukan lagi pebisnis Martabak, tetapi merupakan seorang politisi yang  tidak hanya harus memikirkan kebijakan dan kepentingan umum, tetapi juga menjaga sikap dan perilakunya di depan publik. Satu perilaku yang harus dihindari oleh politisi adalah tantrum atau reaksi emosional yang tidak terkendali. Karena dalam pandangan masyarakat, seorang politisi yang kehilangan kendali atas emosinya dapat menghancurkan reputasinya dan kredibilitas dirinya.

Dalam dunia politik, menjaga citra dan reputasi sangat penting. Seorang politisi yang mampu mengendalikan emosinya tidak hanya menunjukkan kematangan pribadi tetapi juga menunjukkan keseriusannya dalam melayani masyarakat. Dengan menghindari tantrum, politisi dapat membangun hubungan yang kuat dengan publik dan memastikan bahwa kepentingan masyarakat tetap menjadi fokus utama dalam setiap tindakan dan keputusan mereka.

Gibran, atau siapapun yang hadir langsung pada acara debat, baik sebagai pelaku utama atau penggembira, tidak boleh lupa, apalagi pura-pura lupa,  jika arena debat bukanlah stadion sepak bola yang penontonnya bisa seenaknya berteriak, mengompori kawan atau lawannya dari pinggir lapangan. Semua Tim sukses Paslon harus mengedukasi para jagoanya juga tim hore-nya, bahwasanya arena debat sejatinya ialah pertandingan intelektual, bukan emosional. Pertarungan gagasan, bukan adu pacu emosi atau laku lajak  gas-gasan. Sekecil apapun tindakan provokatif yang dianggap sebagai tantrum dapat merugikan reputasi  dan mengurangi kredibilitas mereka. Selain akan menuai antipati rakyat sebagai calon pemelih.

Sebenarnya,  ketika dalam sebuah perdebatan atau adu argumentasi  secara tidak disadari  terbawa sedikit emosi, merupakan perkara yang manusiawi. Namun pelakunya tentu harus mampu mengontrol dan mengelolanya. Sebab kemampuan mengelolaan emosi inilah  yang akan menjadi salah satu ukuran kematangan seseorang. Dalam konteks prilaku yang ditunjukan oleh Gibran, ia  seperti sedang mengonfirmasi kebenaran pandangan sinis sebagian masyarakat yang menganggap dirinya belum  matang dan terlalu dipaksakan maju menjadi salah satu kontestan dalam Pemilihan Presiden 2024.

Komisi Pemilihan Umum (KPU), diharapkan tidak mentolerir pelanggaran seperti yang dilakukan oleh Gibran rakabuming Raka serta memastikan tidak terjadi lagi pada debat-debat Pilpres berikutnya. Oleh karena itu seperti banyak diusukan masyarakat KPU sudah seharusnya memberikan peringatan, baik kepada Gibran maupun tim sukses pasangan Capres-Cawapres larangan melakukan prilaku-prilaku yang tidak terpuji dalam perdebatan. Dengan adanya peringatan tersebut diharapkan akan menjadi pembelajaran bagi semua kandidat untuk menjaga kewibawaan dan etika dalam arena debat capres-cawapres yang merupakan forum terhormat bagi calon pemimpin negeri ini.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun