Pandemi menjadi momok bagi semua orang. Ada yang kehilangan pekerjaan, pendapatannya berkurang, usahanya bangkrut, di-PHK, serta berbagai macam kesulitan lainnya. Akan tetapi, hal demikian tidak menimpa Rizal, pelaku usaha frozen food yang justru pandemi menjadi momentum ia membuka bisnis dan membawa keuntungan baginya.
Rizal mulai berjualan sejak bulan puasa awal-awal pandemi datang, tahun 2020. Niat ia jualan awalnya hanya iseng untuk mengisi waktu luang yang sangat panjang menunggu pengumuman hasil tes perguruan tinggi. Berdua bersama kawannya, ia mengerjakan semuanya secara mandiri. Mulai dari pemasaran, foto produk, hingga distribusi.
Ia menjajakan beraneka ragam frozen food, seperti tahu bakso, sosis, kentang, tela-tela, hingga makanan korea seperti tteokbokki dan rabokki. Untuk harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari 10 ribuan hingga 30 ribuan. Semua barang dagangannya ia ambil dari pemasok yang berlokasi tak jauh dari rumahnya yang berlokasi di Gamping, Sleman, Yogyakarta.
Rizal menambahkan, bisnis frozen food ini sangatlah mudah dan praktis. Disimpan dalam suhu kulkas frozen food dapat bertahan selama satu minggu, sedangkan jika disimpan di dalam freezer dapat bertahan selama tiga bulan. "Ya, karena gampang dan ga bikin ribet ini jadinya banyak orang suka sama frozen food, apalagi saat awal-awal pandemi, orang-orang masih WFH dan butuh makanan. Jadi, frozen food ini memang sangat pas," tambahnya.
Frozen food menjadi solusi pada saat orang-orang masih tertahan di rumah karena pandemi. Bisnis Rizal menjadi melejit karena Rizal bersedia untuk mengantarkannya hingga ke rumah. "Saya nganter pesanan sendiri sama teman saya, paling jauh pernah atasnya UII, dekat pantai Parangtritis juga pernah. Kadang kalau belinya sedikit cuma 2 atau 3 ya saya minta ongkos kirim, tetapi kalau belinya banyak di atas Rp50.000 misalnya, ya saya nggak minta ongkos kirim," jelas Rizal.
Ia menjalankan usahanya ini dengan risiko yang sangat kecil, sebab ia tidak menggunakan sistem ready stock, tetapi by order. Jadi, ia akan mengambil pesanan pelanggannya di pemasok, untuk kemudian diantarkan ke pada pelanggannya.
"Kalau ada pelanggan yang pesan, baru saya ambil di tokonya. Jadi, saya ga akan rugi, bisa dibilang saya reseller. Saya ga berani ready stock soalnya butuh modal besar, modal untuk freezer misalnya, sama butuh tempat juga," Â ujar Rizal.
Rizal selalu konsisten mempromosikan frozen food-nya melalui WhatsApp dan Instagram. Kata Rizal, untuk pelanggannya sudah merambah ke seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, bahkan sampai luar kota. Akan tetapi, untuk pengiriman luar kota dikenakan biaya tambahan untuk pengemasan, yaitu berupa sterofoam dan es jelly agar frozen food-nya bertahan sedikit lebih lama pada suhu ruangan.
"Saya kalau promosi lewat WhatsApp sama Instagram. Tiap bangun tidur upload, nanti sehari pasti ada yang beli. Tapi, kalo saya ga upload, ya sedikit yang beli bahkan sampai berhari-hari gaada yang beli. Jadi, bisa saya simpulkan promosi terus-menerus, rutin, dan konsisten itu memang perlu," ujar Rizal.
Di Jogja sendiri sudah banyak yang juga berjualan frozen food, tetapi Rizal yakin bahwa rezeki sudah ada yang mengatur tinggal bagaimana kita dalam berusaha. "Kalau di Jogja memang sudah banyak yang jualan, harganya juga beda-beda padahal merknya sama," ujarnya.