Mohon tunggu...
KHOIRUNNISA
KHOIRUNNISA Mohon Tunggu... Guru - Guru BK - SMA Negeri 1 Pati

Hai sahabat kompasiana, perkenalkan saya salah satu guru BK di SMA Negeri 1 Pati. Selain hobi makan dan ngemil. Aku juga sedang berusaha merangkai ide-ide dalam bentuk tulisan. Terima Kasih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peer Counseling, Cara Jitu Mengatasi Body Image

26 September 2022   11:37 Diperbarui: 26 September 2022   11:39 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelajaran pasca pandemi covid-19 memberikan dampak positif dan negatif untuk remaja. Dampak yang terlihat dari pembelajaran di masa pandemi yaitu munculnya masalah-masalah dalam diri peserta didik, baik dari segi pola pembelajaran, karakter siswa, hingga masalah-masalah yang muncul pada diri peserta didik selama pembelajaran online. Munculnya dampak tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk Guru BK disekolah.

Salah satu dampak yang dialami oleh siswa adalah penggunaan media sosial. Penggunaan media sosial pada peserta didik yang sudah menjadi kebutuhannya mengakibatkan pandangan terhadap dirinya harus sesuai dengan standarisasi apa yang dilihat di sosial media. Memiliki tubuh ideal dan berparas cantik atau tampan menjadi tolak ukur. Menuntut diri sendiri untuk selalu tampil yang terbaik di hadapan orang lain agar terlihat sempurna hampir dirasakan remaja saat ini. Pada akhirnya, body image merupakan imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya, khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain, dan seberapa baik tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsi-persepsi orang lain.

Secara umum, body image terbagi menjadi 2, yaitu body image positif dan body image negatif. Body image positif adalah persepsi yang benar atau positif terhadap tubuh sendiri. Kamu menghargai bentuk tubuhmu dan memahami bahwa penampilan fisik seseorang tidak ada yang sempurna. Jika dimaknai dengan tepat, body image ini bisa membuat remaja berkembang dengan kondisi mental yang lebih baik.

Penggambaran tubuh yang positif juga berarti bahwa kamu merasa bangga dan merasa perlu untuk selalu memberi penghargaan pada tubuh. Artinya, kamu akan memberikan yang terbaik termasuk selalu menjaga kesehatan tubuh dan menghindari hal yang bisa merusak. Selain itu, konsep ini juga bisa membuat seseorang menjadi lebih percaya diri dan memiliki kesehatan mental yang lebih baik.

Hal ini sama sekali tidak baik dan bisa berpengaruh buruk pula pada kehidupan remaja. Body image negatif bisa membuat seseorang menjadi tidak percaya diri, merasa malu, sadar diri, dan cemas tentang tubuhmu. Jika dibiarkan, dalam jangka panjang hal ini bisa menyebabkan masalah mental pada remaja. Salah satu dampak dari body image negatif adalah mengalami depresi.

Body image negatif nyatanya bisa menyebabkan remaja tumbuh dan berkembang dalam kondisi mental yang kurang baik. Terlebih, hal ini bisa diperparah dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung, misalnya anak mengalami perundungan alias bullying. Hal itu bisa menyebabkan remaja mengalami mood swing alias perubahan suasana hati yang sering terjadi secara mendadak.

Peran Guru BK di sekolah menjadi pihak yang dapat mendampingi siswa untuk mengentaskan masalah-masalah yang di alami oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok. Namun kenyataan dilapangan masih banyak siswa yang enggan untuk secara terbuka dan utuh mengemukakan masalahnya kepada Guru BK.

Berangkat dari hal itu strategi yang dapat di lakukan guru BK untuk mengoptimalkan layanan BK di sekolah adalah dengan mengambil peran Peer Counseling/Konseling Sebaya di sekolah. Layanan ini menjadi salah satu alternatif untuk membantu guru BK dalam mengentaskan masalah siswa.

Strategi layanan Peer Counseling/Konseling Sebaya menjadi alternatif layanan yang tepat untuk mengurai ketidak nyamanan siswa bercerita dengan guru BK, karena pada fase ini siswa akan lebih terbuka dan nyaman dengan bercerita, berkomunikasi melalui teman sebayanya.

Peran Peer Counseling/Konseling Sebaya menjadi penting untuk membantu teman-temannya mengatasi masalah yang dihadapi. Namun sebelum menjadi Peer Counseling/Konseling Sebaya harus dilakukan pelatihan dan pendampingan oleh guru BK untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar Peer Counseling/Konseling Sebaya.

Proses pembentukan Peer Counseling melalui beberapa tahap yaitu: 1. Memilih calon konselor sebaya, 2. Pelatihan konselor sebaya, dan 3. Pengorganisasian pelaksanaan konselor sebaya. Pemilihan calon konselor sebaya dilakukan kolaborasi dengan Anggota Guru BK, Waka Kesiswaan, dan Wali kelas.

Setelah dilakukan pemilihan maka hal yang dilakukan guru BK selanjutnya adalah melakukan pelatihan. Pelatihan yang di berikan kepada calon konselor sebaya adalah tentang keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh konselor sebaya. Pelatihan keterampilan tersebut adalah 1. Keterampilan mendengar aktif, 2 keterampilan empati, dan 3. Keterampilan problem solving. Selain dari ketiga komponen tersebut guru BK juga memberikan orientasi tentang pentingnya peran konselor sebaya untuk membantu mengoptimalkan layanan BK di sekolah, sehingga para siswa dapat secara utuh mengikuti dan bangga menjadi agen Peer Counseling di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun