Refuse what you do not need; reduce what you do need; reuse what you consume; recycle what you cannot refuse, reduce, or reuse; and rot (compost) the rest.
Bea Johnson, Zero Waste Home: The Ultimate Guide to Simplifying Your Life
Seiring dengan perkembangan zaman yang kian modern, kita dapat melihat bahwa aktivitas masyarakat dalam membeli, memakai, dan membuang semakin tak terkontrol.Â
Hal ini dapat dilihat pada semakin meningkatnya penggunaan barang sekali pakai yang berakhir dengan penimbunan sampah. Padahal, waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan timbunan sampah tidaklah sebentar, terutama sampah-sampah yang berbahan dasar plastik.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sepanjang tahun 2022, Indonesia menghasilkan 35,83 juta ton timbunan sampah.Â
Dengan perincian 22,44 juta ton (62,63%) di antaranya telah terkelola, sedangkan 13,39 juta ton (37,37%) belum terkelola. Berdasarkan sumbernya, mayoritas timbulan sampah nasional berasal dari rumah tangga dengan persentase berkisar 38,4%.Â
Sementara pada tahun 2023, timbulan sampah sebanyak 25,319,860.73 ton/tahun dengan pengurangan sampah sebesar 15,77% dan penanganan sampah sebesar 50,44%.
Adapun perincian sampah terkelola sebanyak 66,21% dan sampah tidak terkelola sebanyak 33,79%. Kebanyakan timbulan sampah tersebut juga berasal dari rumah tangga dengan persentase 46,38%.
Di tengah krisis tersebut, zero waste life style muncul sebagai sebuah solusi untuk mengurangi pembuangan sampah di TPA dengan menerapkan prinsip 5R.Â
Harapannya, pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah dapat diminimalisir sebaik mungkin. Namun, untuk mencapai tujuan zero waste secara efektif, penting untuk melibatkan dan memberdayakan masyarakat secara luas.Â
Apalagi, melihat pada data yang tersaji, kebanyakan timbulan sampah bersumber dari rumah tangga. Â Sehingga, target utamanya adalah individu secara khusus dan masyarakat luas secara umum.
Apa itu Zero Waste?
Menilik pada permasalahan yang terjadi, sebagaimana kasus di atas, maka kita perlu memahami konsep dari zero waste itu sendiri. Tujuannya apa? Yaitu agar kita dapat memahami dan menerapkan konsep zero waste secara maksimal dan berkelanjutan.Â
Pada dasarnya, zero waste merupakan suatu gerakan pengurangan sampah dengan menerapkan prinsip 5R, yaitu Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recyle (mendaur ulang), dan Rot (mengompos).Â
Refuse berarti menolak penggunaan barang yang tidak perlu/tidak terurai, reduce berarti mengurangi penggunaan barang yang menghasilkan sampah, reuse berarti menggunakan kembali barang yang masih berguna dan dapat diperbaiki, recycle berarti mendaur ulang benda yang tidak dapat terurai/digunakan kembali menjadi barang yang bermanfaat (produk baru), dan rot berarti mengompos sampah organik sebagai pupuk alami.Â
Nah, untuk meminimalisir jumlah sampah di muka bumi ini, perlu adanya perubahan pola pikir dan perilaku dalam produksi, konsumsi dan pengelolaan sumber daya untuk menciptakan sistem yang lebih berkelanjutan, sehingga fokusnya tidak hanya pada pengelolaan dan pengurangan sampah saja.Â
Demikian ini sebab zero waste berfokus pada pengelolaan sumber daya dengan cara yang efisien, memperpanjang umur pakai produk, dan meminimalkan pembuangan ke tempat pembuangan akhir.Â
Kuncinya apa? Yaitu adanya partisipasi aktif dari masyarakat terhadap pelaksanaan konsep zero waste. Tentunya, pelaksanaan tersebut haruslah dibarengi dengan komitmen yang kuat dan disertai dengan perubahan perilaku.
Zero Waste: Strategi, Tantangan, dan Dampaknya
Dalam era yang semakin sadar akan lingkungan, konsep zero waste tentunya menjadi fokus utama bagi individu atau masyarakat yang peduli dengan keberlanjutan. Untuk mencapai keberlanjutan zero waste sendiri, tentunya perlu membentuk strategi pencapaian.Â
Berikut ini merupakan beberapa strategi yang ditawarkan untuk mewujudkan konsep zero waste, yaitu:
- Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Tujuannya adalah untuk meminimalisir penumpukan sampah plastik yang sangat lama penguraiannya. Contoh penerapannya seperti memakai wadah makanan/minuman yang dapat digunakan kembali, memakai tas kain ketika berbelanja, dsb.
- Mendaur ulang dengan baik dan benar. Â Caranya dengan memilah sampah berdasarkan kategorinya terlebih dahulu. Kemudian, setelah dipilah dan dipilih berdasarkan jenisnya, sampah didaur ulang ataupun dikompos.
- Mengompos sampah organik. Hasil dari pengomposan sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk.
- Menggunakan wadah yang dapat digunakan lagi dan memperbaiki barang yang rusak.
- Mengadakan infrastruktur daur ulang yang memadai.
- Adanya kebijakan pemerintah yang mendorong program zero waste ataupun program pengurangan sampah dan daur ulang serta mendukung kebijakan tersebut.
- Menerapkan gaya hidup zero waste. Bisa dimulai dari struktur masyarakat terkecil (keluarga) hingga nantinya merambah ke masyarakat luas.
Namun, dalam pelaksanaannya, seringkali rencana zero waste digagalkan oleh beberapa tantangan yang dihadapi. Beberapa di antaranya yaitu kurangnya kesadaran dan edukasi terkait betapa esensialnya program zero waste beserta cara-cara mencapainya, keterbatasan akses sebab kurangnya infrastruktur daur ulang yang memadai, budaya hidup yang seringkali memakai wadah sekali pakai, kebiasaan konsumtif, ekonomi yang tidak mendukung, malas memilah sampah berdasarkan jenisnya, meremehkan dampak negatif yang disebabkan oleh sampah, dan lain sebagainya.Â
Dengan gagalnya zero waste, kemungkinan besar yang akan terjadi adalah tumpukan sampah kian menggunung dan mencemari lingkungan hidup, baik tanah, air, ataupun udara.Â
Yang terkena dampaknya pun bukan hanya manusia saja, melainkan juga makhluk hidup lainnya. Bahkan, penumpukan sampah dapat mengganggu ekosistem mereka.
Dengan menerapkan zero waste life style, tentunya ada banyak manfaat yang akan kita dapatkan. Berikut ini merupakan beberapa sumbangsih dari penerapan zero waste, yaitu:
- Menjaga lingkungan hidup yang baik. Dengan berhasilnya konsep zero waste, gambaran kedepannya adalah pencemaran yang terjadi akibat pembuangan atau pembakaran sampah dapat dikurangi. Dengan berkurangnya limbah yang mencemari lingkungan dan membebani TPS, lingkungan tempat tinggal menjadi lebih nyaman dan sehat. Â
- Mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan menerapkan gaya hidup zero waste, maka emisi yang dihasilkan dari pembuangan dan pembakaran sampah yang dapat mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim ekstrem dapat diminimalisir.
- Mendorong ekonomi sirkular.
- Mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk melestarikan lingkungan hidup dan menumbuhkan rasa tanggungjawab terhadap lingkungannya.
- Berkurangnya pencemaran lingkungan baik di darat, laut, ataupun udara. Sehingga keberlangsungan lingkungan makhluk hidup dan ekosistem senantiasa asri dan terjaga.
- Efisiensi sumber daya. Menerapkan zero waste sama halnya dengan mengurangi pemborosan sumber daya alam dan energi. Demikian ini sebab zero waste dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Â
Zero Waste dan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah proses di mana individu dan komunitas memperoleh kendali atas kehidupan mereka sendiri dengan cara memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya. Ini mencakup pemberian akses terhadap pendidikan, pelatihan, dan dukungan untuk meningkatkan kapasitas dan kemandirian. Maka tidak heran jika dalam pencapaiannya mesti ada partisipasi aktif dari mereka. Â
Lantas, apa hubungan antara zero waste dan pemberdayaan masyarakat? Nah, di sini kita akan melihat dengan kacamata paradigma humanis radikal.Â
Paradigma humanis radikal ini merupakan sociology of radical change yang sasaran utamanya adalah kesadaran untuk mencapai kebebasan. Jadi, selain untuk mengetahui persoalan yang sedang terjadi, paradigma ini juga menuntut adanya suatu perubahan.Â
Dalam kasus sampah di sini, menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh sampah. Atau barangkali mereka sadar tetapi memilih untuk bersikap acuh tak acuh.Â
Maka, solusi yang dapat ditawarkan adalah pendidikan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya zero waste dan efek jangka panjang yang akan didapatkan dengan menerapkan konsep tersebut.Â
Pemberdayaannya dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya seperti memberikan pengetahuan tentang cara penerapan prinsip 5R secara efektif, pelatihan mendaur ulang sampah berdasarkan jenisnya, mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam program-program zero waste, menggiatkan pembentukan komunitas yang peduli lingkungan dan inisiatif zero waste di tingkat lokal, dan lain sebagainya.Â
Oleh sebab itulah, konsep zero waste saling mendukung dan berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah, bersih dan berkelanjutan. Â Â Â Â Â
Dengan mengadopsi prinsip-prinsip Zero Waste, kita tidak hanya membantu mengurangi sampah dan polusi, tetapi juga mendorong gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.Â
Selain itu, setiap langkah kecil yang kita ambil, dapat membawa dampak positif yang besar bagi diri sendiri, lingkungan dan masa depan planet kita. Mari bergerak menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan di mana lingkungan hidup dan sumber daya alamnya dipertahankan dan dilestarikan.Â
Minimal, jika kita tidak dapat menerapkan konsep zero waste dalam masyarakat yang luas, perubahan tersebut dimulai dari diri sendiri atau lingkungan keluarga kita terlebih dahulu. Dengan harapan, nantinya masyarakat yang lain akan termotivasi dan melakukan hal yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya