Mohon tunggu...
Khoirun Nisa
Khoirun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - New Writer

Sebagai penulis, kritikan dan masukan dari para kompasianer akan sangat membantu saya dalam memperbaiki dan mengembangkan model penulisan saya yang masih dalam tahapan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menuju Masa Depan yang Ramah Lingkungan dengan Zero Waste dan Pemberdayaan Masyarakat

7 Juli 2024   13:07 Diperbarui: 9 Juli 2024   09:18 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut ini merupakan beberapa strategi yang ditawarkan untuk mewujudkan konsep zero waste, yaitu:

  • Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Tujuannya adalah untuk meminimalisir penumpukan sampah plastik yang sangat lama penguraiannya. Contoh penerapannya seperti memakai wadah makanan/minuman yang dapat digunakan kembali, memakai tas kain ketika berbelanja, dsb.
  • Mendaur ulang dengan baik dan benar.  Caranya dengan memilah sampah berdasarkan kategorinya terlebih dahulu. Kemudian, setelah dipilah dan dipilih berdasarkan jenisnya, sampah didaur ulang ataupun dikompos.
  • Mengompos sampah organik. Hasil dari pengomposan sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk.
  • Menggunakan wadah yang dapat digunakan lagi dan memperbaiki barang yang rusak.
  • Mengadakan infrastruktur daur ulang yang memadai.
  • Adanya kebijakan pemerintah yang mendorong program zero waste ataupun program pengurangan sampah dan daur ulang serta mendukung kebijakan tersebut.
  • Menerapkan gaya hidup zero waste. Bisa dimulai dari struktur masyarakat terkecil (keluarga) hingga nantinya merambah ke masyarakat luas.

Namun, dalam pelaksanaannya, seringkali rencana zero waste digagalkan oleh beberapa tantangan yang dihadapi. Beberapa di antaranya yaitu kurangnya kesadaran dan edukasi terkait betapa esensialnya program zero waste beserta cara-cara mencapainya, keterbatasan akses sebab kurangnya infrastruktur daur ulang yang memadai, budaya hidup yang seringkali memakai wadah sekali pakai, kebiasaan konsumtif, ekonomi yang tidak mendukung, malas memilah sampah berdasarkan jenisnya, meremehkan dampak negatif yang disebabkan oleh sampah, dan lain sebagainya. 

Dengan gagalnya zero waste, kemungkinan besar yang akan terjadi adalah tumpukan sampah kian menggunung dan mencemari lingkungan hidup, baik tanah, air, ataupun udara. 

Yang terkena dampaknya pun bukan hanya manusia saja, melainkan juga makhluk hidup lainnya. Bahkan, penumpukan sampah dapat mengganggu ekosistem mereka.

Dengan menerapkan zero waste life style, tentunya ada banyak manfaat yang akan kita dapatkan. Berikut ini merupakan beberapa sumbangsih dari penerapan zero waste, yaitu:

  • Menjaga lingkungan hidup yang baik. Dengan berhasilnya konsep zero waste, gambaran kedepannya adalah pencemaran yang terjadi akibat pembuangan atau pembakaran sampah dapat dikurangi. Dengan berkurangnya limbah yang mencemari lingkungan dan membebani TPS, lingkungan tempat tinggal menjadi lebih nyaman dan sehat.  
  • Mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan menerapkan gaya hidup zero waste, maka emisi yang dihasilkan dari pembuangan dan pembakaran sampah yang dapat mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim ekstrem dapat diminimalisir.
  • Mendorong ekonomi sirkular.
  • Mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk melestarikan lingkungan hidup dan menumbuhkan rasa tanggungjawab terhadap lingkungannya.
  • Berkurangnya pencemaran lingkungan baik di darat, laut, ataupun udara. Sehingga keberlangsungan lingkungan makhluk hidup dan ekosistem senantiasa asri dan terjaga.
  • Efisiensi sumber daya. Menerapkan zero waste sama halnya dengan mengurangi pemborosan sumber daya alam dan energi. Demikian ini sebab zero waste dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya.  

Zero Waste dan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses di mana individu dan komunitas memperoleh kendali atas kehidupan mereka sendiri dengan cara memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya. Ini mencakup pemberian akses terhadap pendidikan, pelatihan, dan dukungan untuk meningkatkan kapasitas dan kemandirian. Maka tidak heran jika dalam pencapaiannya mesti ada partisipasi aktif dari mereka.  

Lantas, apa hubungan antara zero waste dan pemberdayaan masyarakat? Nah, di sini kita akan melihat dengan kacamata paradigma humanis radikal. 

Paradigma humanis radikal ini merupakan sociology of radical change yang sasaran utamanya adalah kesadaran untuk mencapai kebebasan. Jadi, selain untuk mengetahui persoalan yang sedang terjadi, paradigma ini juga menuntut adanya suatu perubahan. 

Dalam kasus sampah di sini, menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh sampah. Atau barangkali mereka sadar tetapi memilih untuk bersikap acuh tak acuh. 

Maka, solusi yang dapat ditawarkan adalah pendidikan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya zero waste dan efek jangka panjang yang akan didapatkan dengan menerapkan konsep tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun