Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia telah menjadi sorotan dalam lima tahun terakhir, mengalami fluktuasi yang cukup tajam di masa sebelum dan sesudah pandemi COVID-19. Dinamika pergerakan nilai IHSG yang terjadi selama masa tersebut memberikan banyak pelajaran berharga bagi investor, pelaku pasar, dan pengamat ekonomi.
Sebelum pandemi COVID-19, IHSG menunjukkan tren kenaikan yang stabil. Kinerja perusahaan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang solid, dan stabilitas politik memberikan dukungan yang kuat bagi pasar saham Indonesia. Namun, wabah pandemi COVID-19 pada tahun 2020 menjadi pukulan besar bagi pasar keuangan, termasuk IHSG.
Sebelum pandemi, IHSG mengalami kenaikan yang relatif stabil dari tahun 2018 hingga awal 2020. Tahun 2018 IHSG mengalami volatilitas cukup besar, dengan pergerakan dari sekitar 6.600 poin pada awal tahun ke sekitar 6.200 poin pada akhir tahun. Selanjutnya di tahun 2019 IHSG mengalami kenaikan yang signifikan dari sekitar 6.200 poin pada awal tahun menjadi sekitar 6.300 poin pada akhir tahun, meskipun mengalami fluktuasi sepanjang tahun.
Ketika pandemi melanda, pasar saham merosot tajam. IHSG terjun bebas ke tingkat terendah dalam beberapa tahun, menembus level 4.000 poin pada pertengahan Maret 2020. Meskipun mengalami sedikit pemulihan setelah penurunan besar tersebut, IHSG tetap berada di tingkat yang relatif rendah sepanjang tahun 2020, berkisar di antara 4.500-5.200 poin. Ketidakpastian ekonomi global, penguncian ekonomi, dan krisis kesehatan menyebabkan sentimen investor merosot, mengakibatkan fluktuasi yang luar biasa dalam nilai IHSG sepanjang tahun.
Mikroekonomi yang stabil sebelum pandemi berganti menjadi ketidakpastian yang meluas. Banyak perusahaan merasakan tekanan keuangan yang besar akibat penurunan permintaan dan gangguan operasional. Di sisi makroekonomi, resesi ekonomi dan kebijakan lockdown merusak pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Namun, melampaui gejolak tersebut, tahun 2021 menandai awal pemulihan. Meskipun masih ada fluktuasi IHSG menunjukkan upaya pemulihan yang lebih konsisten, IHSG mulai memperlihatkan tanda-tanda pemulihan, namun masih dengan fluktuasi yang cukup besar, bergerak di kisaran 5.000-6.000 poin. Kebijakan stimulus ekonomi, langkah-langkah restrukturisasi perusahaan, dan adaptasi terhadap situasi baru berkontribusi pada pemulihan yang lambat namun konsisten. Selanjutnya pada tahun 2022 IHSG semakin meningkat bahkan melampaui sebelum masa pandemi dan berkisar antara 6.000-7.000 poin.
Pada masa pemulihan pasca-pandemi, IHSG menunjukkan upaya pemulihan yang bertahap. Langkah-langkah kebijakan fiskal dan moneter dari pemerintah Indonesia memberikan dorongan bagi pasar saham. Namun, fluktuasi tetap terjadi seiring dengan kondisi ekonomi global yang masih tidak stabil.
Faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan IHSGÂ
Secara umum, nilai IHSG pasar saham Indonesia mengalami gelombang naik turun yang dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari faktor mikroekonomi, makroekonomi, dan guncangan eksternal. Berikut penjelasan singkat faktor-faktor tersebut.
1. Faktor mikroekonomi
- Kinerja Perusahaan: Kesehatan keuangan perusahaan, kinerja operasional, dan laporan keuangan memengaruhi nilai saham di IHSG.
- Manajemen Perusahaan: Kredibilitas manajemen, keputusan strategis, dan inovasi produk juga berdampak pada kinerja saham.
- Persaingan di Industri: Persaingan antar perusahaan dalam industri tertentu bisa mempengaruhi harga saham secara keseluruhan.