Driji nuding atau Jari Menunjuk merupakan simbolisasi dari Fungsi Semar untuk menunjukkan jalan kebaikan. Simbol Driji nuding juga bagian dari gerakan dalam shalat yang melambangkan kepasrahan kepada Tuhan yang maha Esa.
8. Kain Pocong Dagelan
Pocong dagelan merupakan model penerapan kain dodot pada Semar. Pocong dagelan melambangkan bahwa yang tidak baik sedapat mungkin harus kita sembunyikan di belakang.
9. Kain Kampuh Poleng
Setiap warna pada kampuh poleng mewakili amarah manusia, jika berhasil mengendalikannya maka akan akan hidup bahagia dan sejahtera. Kampuh poleng juga menggambarkan lembaran kehidupan yang selalu berubah dan berkembang, manusia haruslah selalu siap dalam semua perubahan dan perkembangan. Poleng kampuh disungging dengan warna merah, hitam, kuning, dan putih yang merupakan simbol amarah, aluamah (lawwamah), supiah, dan mutmainah. Keempat nafsu manusia itu selalu bersaing merebutkan singgasana telenging ati, jika berhasil menguasai singgasana itu dapat hidup sejahtera dan bahagia.
10. Muka Tengadah
Pandangan selalu jauh kedepan, kalau berjalan Semar memandang keatas sebagai simbol bahwa seorang pemimpin harus memiliki optimisme yang tinggi, dan kesadaran akan adanya kekuatan yang menentukan dari atas (Tuhan) sehingga harus selalu mengingat dan memohon petunjuknya
11. Posisi Semar jongkok sekaligus berdiri
Seorang pemimpin harus selalu siap-sedia melayani rakyatnya, selalu dekat dengan rakyat, berperan ganda sebagai majikan sekaligus pelayan. Pemimpin adalah bojoganti, pelayan yang selalu setia, dan bertanggung jawab pada kewajibannya.
Tiga dokrin ajaran semar :
1. Ojo Dumeh (jangan mentang-mentang; tindakan, isi hati, omongan) adalah peringatan untuk tidak mencampuri urusan orang lain yang mencerminkan nilai sopan santun dan beretika dalam interaksi dengan sesama.
2. Eling (Ingat Tuhanmu) usia, asal usul, agamamu, orangtuamu, kematianmu, dosamu, dan kebaikanmu.