Kini di usia yang bukan lagi remaja, aku tersadar dengan semua kerja keras ibuku yang harusnya menerima reward "tangan emas dan hati baja". Dua sebutan itu masih belum bisa menjadi gambaran betapa hebatnya ibuku dalam menangani segala hal.Â
Aku tahu, semua orang pasti menyanyangi ibunya dan sebagian besar anak pasti sering mengatakan "I love you, Mom" tapi tidak dengan aku. Jangan katakan aku tidak menyayangi dan mencitai ibuku, aku sangat sangat sangat menyayangi dan mencintainya. Masalah mengatakannya pada ibuku, aku tak mampu bahkan mungkin selama ini aku belum pernah mengatakannya.Â
Untuk mengekspresikan rasa itu aku mendistribusikannya pada bentuk perhatian dan membantu ibuku mengerjakan karirnya di rumah. Usiaku sudah bukan belasan tahun lagi, jadi kini tanganku sudah kuat untuk mengambil sebagian peran ibuku sebagai koki, pembersih rumah, dan laundry.Â
Meski aku bisa mengerjakan beberapa pekerjaan ibu, namun selalu saja masih ada yang salah dan ayahku selalu memberitahu itu, iya memang masakanku sering keasinan tapi bukan karena kebelet menikah hanya saja aku tidak jeli dalam penakaran garam pada masakan. Ibuku masih menjadi koki terbaik dalam keluarga kami, terkadang dia bisa menyulap masakan sederhana menjadi sangat lezat bak masakan restoran.Â
Satu kata untuk ibuku "hebat" karena hanya ibu yang bisa menghandle segala sesuatu dan huru-hara yang terjadi di rumah kami. Melalui tulisan ini, harapanku adalah semoga ibu selalu sehat, bahagia, menemaniku hingga aku duduk di pelaminan nanti bahkan sampai kapanpun, dan kehadirannya semoga menjadi berkah bagi orang disekitarnya, amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H