Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ribuan Para Pengungsi

21 Agustus 2022   09:17 Diperbarui: 21 Agustus 2022   09:18 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto pixabay.com

Tragedi kemanusiaan

Selalu terjadi di negeri yang terjajah

Negeri yang porak poranda dihancurkan mereka para serdadu kolonial

Mereka tak segan-segan melukai atau menghilangkan nyawa manusia dalam genggaman kuasanya

Hingga menyebabkan tubuh-tubuh di negeri jajahan

Terpotong antara kaki dan tangan

Bahkan kepala ikut terpenggal hancur lebur di kala para serdadu kolonial

Mengeksekusi dengan rasa ambisi jauh dari rasa perikemanusiaan dan perikeadilan

Hingga kota dan desa terbakar oleh kobaran api raksasa

Menyengat di segala udara dan tanah jajahan

Hingga mengakibatkan ribuan para pengungsi

Mencari selamat dari tembakan senapan dan mortir berhamburan

Ribuan para pengungsi

Mengungsi di gunung-gunung dan lembah

Mengungsi di hutan belantara

Mengungsi di segala sudut-sudut nafas kehidupan

Walaupun kadang nahas para pengungsi ada yang tertangkap oleh serdadu kolonial

Maka di tembak adalah: jawaban bagi mereka pengungsi yang di curigai membawa pesan dari para para pejuang

Sungguh nasib para pngungsi

Selaksa nasib dedaunan yang gugur tanpa perlawanan

Ribuan pengungsi

Mencari keselamatan dari kobaran api yang menjulang

Lari bersama anak-anak kecil dan lanjut usia yang ringkih

Mereka berlari dari kematian yang tak berjarak

Sungguh tragedi kemanusiaan di negeri jajahan

Seolah-olah membawa guyuran derita hujan air mata dan banjir darah

Ribuan pengungsi

Mencari perlindungan bersama alam

Sembari berdo'a kepada Tuhan

Tuk di beri kekuatan kaki dan tangan

Begitu juga tubuh-tubuh yang mampu berlari dengan cepat

Menyusup di hutan belantara

Menembus pekat malam yang penuh dalam kubangan kegelapan

Ribuan para pengungsi

Pada masa penjajahan

Sungguh memilukan keadaan mereka

Dia rakyat jelata yang tak berdosa

Menjadi korban dari kekejaman serdadu para kolonial

Sungguh ribuan para pengungsi

Memperlihatkan kepada dunia

Bahwa menjadi negeri jajahan sangat memilukan

Penuh dengan penderitaan yang tak terbatas dan tak terukur penderitaannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun