Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ibu dan Anak di Masa Perjuangan

20 Agustus 2022   15:10 Diperbarui: 20 Agustus 2022   15:15 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan masih mengguyur bumi

Langit seolah-olah memberi isyarat air mata yang jatuh di tanah lapang

Sementara terlihat Ibu dan anak yang masih kecil

Menunggu orang yang di cintai pulang dari tanah perjuangan

Ibu menunggu suaminya

Telah lama tak ada kabar di medan juang

Sedangkan anak lelaki yang masih kecil

Selalu bertanya kepada Ibunya

Kapan bapak pulang dari medan juang?

Ibunya selalu berusaha menguatkan dalam hati anak lelakinya

Bersabarlah bapak akan pulang bersama kemerdekaan tiba

Bapak yang di tunggu anak lelaki dan istri

Masih berjibaku di medan juang

Senapan dan sangkur menjadi makanan harian

Darah mengalir di tubuh-tubuh medan juang

Namun nahas pada waktu menjelang subuh

Pekat kegelapan masih menyelimuti hutan di lereng gunung

Bapak yang di tunggu anak dan istrinya

Tertangkap oleh serdadu kolonial

Tanpa ada pengadilan

Tanpa ada suara pembelaan

Bapak yang di tunggu anak dan istrinya

Harus menutup mata terakhir

Dia di gantung di pohon dekat sungai

Dia di eksekusi di lereng gunung yang rindang dengan dedaunan dan rerumputan ilalang

Bapak yang di tunggu anak dan istrinya

Gugur dalam tiang gantungan

Tanpa ada pengadilan

Dia menjalani hukuman yang di anggap mengganggu ketertiban kaum kolonial

Sungguh bapak pejuang yang gugur menjelang subuh

Menapaki kematian bersama udara bersih

Dia meninggalkan semesta raya di bumi perjuangan

Istri dan anak lelaki dari bapak di medan juang

Masih menunggu kedatangannya

Namun kabar gugur bapak dari istri dan anak yang menunggu

Terdengar ketelinganya

Pecahlah air mata istri dan anak lelaki yang masih kecil

Namun istri dari suami yang gugur di medan juang

Tetap berusaha menguatkan hati anak lelakinya

Jangan sampai luka air mata ini di ketahui anak lelakinya

Dia berbisik dalam hati kepada anak lelakinya

Tetaplah tegar dan ikhlaskan kepergian bapakmu

Engkaulah kelak yang akan memimpin estafet pejuangan berikutnya

Janganlah menangis tetaplah tegar

Kelak engkaulah yang akan menjadi pemimpin perjuangan di medan juang

Maka usaplah air matamu

Tegakkan kepalamu

Perjuangan suci menuju kemerdekaan

Akan terus engkau bawa dalam langkah di setiap laku nafasmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun