Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenang antara Pemikiran dan Pilihan di Jogja

13 Juni 2022   22:50 Diperbarui: 14 Juni 2022   15:40 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Membangun sebuah negara mengingatkan pola pikir Ibn Khaldun

"Tidak ada negara abadi, paling lama sebuah negara empat generasi"

Pada awal mula negara membutuhkan pedang untuk menyatukan sebuah negeri

Namun di kala negara sudah kuat dan tidak membutuhkan pedang

Maka pena lebih banyak yang di butuhkan

Sehingga jabatan administrasi lebih sejahtera di banding jabatan militer

Karena negara sudah kuat

Militer sudah jarang di gunakan

Kecuali dalam keadaan darurat

Pemberontakan atau dalam bentuk lain sebagainya

Hidup itu sebuah pilihan

Namun jangan lupa segala ketetapan dari Tuhan

Manusia hanya sebatas menjalankan kehendak suci

Dia Tuhan yang menetapkan keadaan

Maka butuh formula dalam menjalankan sebuah kehidupan

Supaya hidup tidak dalam keraguan

Karena kitab suci juga sudah mengajarkan

Bahwa perilaku keraguan merupakan seburuk-buruk jiwa manusia

Maka dengan keyakinan dan keikhlasan menjadi satu pintu keberkahan

Walau kita dalam keadaan sesulit apapun

Kita harus tetap berjalan bersama Sang maha berkehendak

Ingatlah! Kata-kata bijak "di waktu damai waspadalah, di waktu genting bersikaplah".

Aku masih ingat di waktu lulus dari Jogja

Aku tak ada niat sedikitpun untuk masuk jalur kekuasaan

Bahkan ucapan ini sering kukatakan di kedai-kedai warung kopi Jogja

Saat bertemu para Mahasiswa pasca sarjana dari UGM maupun dari kampus-kampus lainnya

Karena aku melihat banyak para Mahasiswa yang ingin masuk di jajaran kursi tinggi kekuasaan

Namun aku berpikir lain kala itu

Karena bagiku sebuah hidup merupakan pilihan

Bersama garis ketetapan Tuhan dan aku ingin hadir di luar zona nyaman

Mungkin saja pola pikir itu terlalu muda untuk mengambil keputusan kedepan

Soalnya belum terlalu memikirkan lebih jauh tentang sebuah keadaan

Hidup yang sejatinya

Hidup di zona nyaman merupakan pilihan

Bahkan terkadang aku berpikir

Suatu hari nanti pikiranku akan melayang seperti para naga dan tidak dapat kukendalikan

Karena terlalu liar cara pandangnya

Bahkan aku masih ingat teori Emile Durkheim yang begitu liar pola pikirnya yang sulit di cerna oleh para kaum beriman "agama itu evolusi"

Walau aku tak sepenuhnya setuju pola pikir dia, apalagi tentang agama itu evolusi, tetapi saya mengapreseasi dia memang pemikir handal soal sosial maupun soal masyarakat dalam beragama

Masa sulit mungkin saja semua orang pernah mengalami dan cara penyelesaian juga berbeda-beda, ada yang lari dari sebuah derita hidup dengan cara mengakhiri hidup nya, ada juga yang lari menjadi teroris, menjadi pemabuk berat, namun tak jarang juga lari ke hal yang positif, seperti mendekatkan diri kepada pemilik ketetapan atau menyelesaikan dengan cara menulis dan membaca buku

Supaya menghilangkan masa sulit untuk mengalihkan perhatian sejenak

Walau masa sulit itu masih menjadi hantu di sebuah jiwa

Hati dan pikiran masih melayang

Saat baru menyelesaikan studi dari Jogja

Ketika aku tak ada di jalur kekuasaan

Berarti ada dua kemungkinan menjadi oposisi atau menjadi simpatisan

Kalau simpatisan, berarti harus membuat tulisan yang mendukung pro pemerintah

Aku juga masih ingat saat Ibn Khaldun dirinya pernah masuk istana prodeo

Dia menulis surat ke Sultan untuk dibebaskan

Dia menulis pujian-pujian atas kemasyhuran Sultan

Hingga hati Sang Sultan terketuk

Sampailah waktu Sultan melepaskan Ibn Khaldun dari jeruji besi

Dari sinilah Sultan membutuhkan orang-orang hebat

Seperti Ibn Khaldun yang mampu membalikkan sebuah keadaan dengan bahasa tulis, dia juga mampu membuat dan menafsirkan hukum-hukum pemerintahan

Mampu menafsirkan kondisi sosial Mesir, Eropa, Asia

Bahkan dunia ada dalam genggaman pena Ibn Khaldun dalam kitab Muqaddimah nya yang agung

Sampai hari ini menjadi kajian bangsa timur maupun bangsa barat

Namun apabila menjadi oposisi

Berarti pola tulis yang masih kita ingat kemasyhuran nya penulis Albert Camus dengan buku-buku tajamnya

Mengkritik sebuah pemerintahan dengan berani

Bahkan meninggalnya Albert Camus masih misteri

Dia meninggal dalam kecelakaan

Namun tidak pernah di usut sampai tuntas dibalik kecelakaan itu

Dia Meninggal dalam tabrakan alamiah atau ada rencana pembunuhan dibalik tabrakan seorang penulis masyhur Albert Camus

Hingga sampai hari ini pikiran beliau masih dianggap begitu mengerikan

Bagi yang tidak sepemikiran dengannya

Ketika bicara tentang pemikiran tidak ada habisnya

Walau aku tulis seribu halaman sekalipun

Namun dari sekelumit tulisan singkat ini

Paling tidak aku mencoba menorehkan antara pengalamanku sendiri dan melihat pemikiran mereka penulis-penulis besar

Sampai hari ini nama mereka masih agung

Bahkan seperti petir yang setiap saat bisa menyambar mereka yang ingin bergolak tentang Ilmu pemikiran

Dari beberapa kumpulan kecil huruf di atas

Akhirnya, ku akhiri dari hati yang paling dalam

Semoga kita dalam lindungan Yang Maha Kuasa

Karena kita hanya manusia biasa, tidak bisa apa-apa

Kecuali bersama ketetapanNya

Dia Sang maha berkehendak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun