Membangun sebuah negara mengingatkan pola pikir Ibn Khaldun
"Tidak ada negara abadi, paling lama sebuah negara empat generasi"
Pada awal mula negara membutuhkan pedang untuk menyatukan sebuah negeri
Namun di kala negara sudah kuat dan tidak membutuhkan pedang
Maka pena lebih banyak yang di butuhkan
Sehingga jabatan administrasi lebih sejahtera di banding jabatan militer
Karena negara sudah kuat
Militer sudah jarang di gunakan
Kecuali dalam keadaan darurat
Pemberontakan atau dalam bentuk lain sebagainya
Hidup itu sebuah pilihan
Namun jangan lupa segala ketetapan dari Tuhan
Manusia hanya sebatas menjalankan kehendak suci
Dia Tuhan yang menetapkan keadaan
Maka butuh formula dalam menjalankan sebuah kehidupan
Supaya hidup tidak dalam keraguan
Karena kitab suci juga sudah mengajarkan
Bahwa perilaku keraguan merupakan seburuk-buruk jiwa manusia
Maka dengan keyakinan dan keikhlasan menjadi satu pintu keberkahan
Walau kita dalam keadaan sesulit apapun
Kita harus tetap berjalan bersama Sang maha berkehendak
Ingatlah! Kata-kata bijak "di waktu damai waspadalah, di waktu genting bersikaplah".
Aku masih ingat di waktu lulus dari Jogja
Aku tak ada niat sedikitpun untuk masuk jalur kekuasaan
Bahkan ucapan ini sering kukatakan di kedai-kedai warung kopi Jogja
Saat bertemu para Mahasiswa pasca sarjana dari UGM maupun dari kampus-kampus lainnya
Karena aku melihat banyak para Mahasiswa yang ingin masuk di jajaran kursi tinggi kekuasaan
Namun aku berpikir lain kala itu
Karena bagiku sebuah hidup merupakan pilihan
Bersama garis ketetapan Tuhan dan aku ingin hadir di luar zona nyaman
Mungkin saja pola pikir itu terlalu muda untuk mengambil keputusan kedepan
Soalnya belum terlalu memikirkan lebih jauh tentang sebuah keadaan
Hidup yang sejatinya
Hidup di zona nyaman merupakan pilihan
Bahkan terkadang aku berpikir
Suatu hari nanti pikiranku akan melayang seperti para naga dan tidak dapat kukendalikan
Karena terlalu liar cara pandangnya
Bahkan aku masih ingat teori Emile Durkheim yang begitu liar pola pikirnya yang sulit di cerna oleh para kaum beriman "agama itu evolusi"
Walau aku tak sepenuhnya setuju pola pikir dia, apalagi tentang agama itu evolusi, tetapi saya mengapreseasi dia memang pemikir handal soal sosial maupun soal masyarakat dalam beragama
Masa sulit mungkin saja semua orang pernah mengalami dan cara penyelesaian juga berbeda-beda, ada yang lari dari sebuah derita hidup dengan cara mengakhiri hidup nya, ada juga yang lari menjadi teroris, menjadi pemabuk berat, namun tak jarang juga lari ke hal yang positif, seperti mendekatkan diri kepada pemilik ketetapan atau menyelesaikan dengan cara menulis dan membaca buku
Supaya menghilangkan masa sulit untuk mengalihkan perhatian sejenak
Walau masa sulit itu masih menjadi hantu di sebuah jiwa
Hati dan pikiran masih melayang
Saat baru menyelesaikan studi dari Jogja
Ketika aku tak ada di jalur kekuasaan
Berarti ada dua kemungkinan menjadi oposisi atau menjadi simpatisan
Kalau simpatisan, berarti harus membuat tulisan yang mendukung pro pemerintah
Aku juga masih ingat saat Ibn Khaldun dirinya pernah masuk istana prodeo
Dia menulis surat ke Sultan untuk dibebaskan
Dia menulis pujian-pujian atas kemasyhuran Sultan
Hingga hati Sang Sultan terketuk
Sampailah waktu Sultan melepaskan Ibn Khaldun dari jeruji besi
Dari sinilah Sultan membutuhkan orang-orang hebat
Seperti Ibn Khaldun yang mampu membalikkan sebuah keadaan dengan bahasa tulis, dia juga mampu membuat dan menafsirkan hukum-hukum pemerintahan
Mampu menafsirkan kondisi sosial Mesir, Eropa, Asia
Bahkan dunia ada dalam genggaman pena Ibn Khaldun dalam kitab Muqaddimah nya yang agung
Sampai hari ini menjadi kajian bangsa timur maupun bangsa barat
Namun apabila menjadi oposisi
Berarti pola tulis yang masih kita ingat kemasyhuran nya penulis Albert Camus dengan buku-buku tajamnya
Mengkritik sebuah pemerintahan dengan berani
Bahkan meninggalnya Albert Camus masih misteri
Dia meninggal dalam kecelakaan
Namun tidak pernah di usut sampai tuntas dibalik kecelakaan itu
Dia Meninggal dalam tabrakan alamiah atau ada rencana pembunuhan dibalik tabrakan seorang penulis masyhur Albert Camus
Hingga sampai hari ini pikiran beliau masih dianggap begitu mengerikan
Bagi yang tidak sepemikiran dengannya
Ketika bicara tentang pemikiran tidak ada habisnya
Walau aku tulis seribu halaman sekalipun
Namun dari sekelumit tulisan singkat ini
Paling tidak aku mencoba menorehkan antara pengalamanku sendiri dan melihat pemikiran mereka penulis-penulis besar
Sampai hari ini nama mereka masih agung
Bahkan seperti petir yang setiap saat bisa menyambar mereka yang ingin bergolak tentang Ilmu pemikiran
Dari beberapa kumpulan kecil huruf di atas
Akhirnya, ku akhiri dari hati yang paling dalam
Semoga kita dalam lindungan Yang Maha Kuasa
Karena kita hanya manusia biasa, tidak bisa apa-apa
Kecuali bersama ketetapanNya
Dia Sang maha berkehendak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H