Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bait Puisi Terakhirmu

12 Juni 2022   15:30 Diperbarui: 12 Juni 2022   15:47 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bersenandung puisi di tengah malam

Bersama nyanyian di batas kota nestapa

Kurindu senyum kecilmu menghangatkan setiap atma

Begitu jauh raga pergi tanpa kata

Engkau tak ada satu huruf pun keluar dari lubang hatimu

Salahkah bila hati berharap jauh tentangmu

Aku disini menanti senyum kecilmu

Hingga sampai raga pisah dengan nyawa

Engkau anugerah nestapa rindu

Berulang kali bait puisi kubaca

Semua tentangmu

Dalam peluk rindu di batas kota

Bait puisi rindu

Kubaca dengan hati yang tenang

Hingga bibir membaca di bait awal

Engkau menyebut asma Allah

Hingga di bait akhir

Engkau pasrahkan segala sesuatu untuk Dia Sang maha kuasa

Sungguh hatiku terketuk

Saat membaca bait sajakmu

Sampai hati kecilku luluh merindu

Namun semua bait puisimu tinggal puing-puing kisah

Nestapa rindu menjadi luka tak tersampaikan

Karena sayap-sayap rindu sudah patah

Tanpa ada bahasa dan kata darimu

Semua seakan-akan ingin engkau sampaikan lewat bahasa puisi terakhir darimu

Bait puisi terakhir darimu

Selaksa ungkapan sebuah batu nisan

Menggugah seluruh jiwa ruhku

Untuk selalu mengingat tentangmu

Bahwa engkau pernah hadir di permukaan hati

Sampai membuat hati putus urat-urat sukma

Saat mengingat tentangmu

Tentang keramahanmu

Membuat seluruh se-isi ruang rindu akan anganmu

Begitu anggun gemulai lakumu

Hingga buat hati tertanam benih-benih keyakinan

Akan cita dan anganmu untuk menjadi kenyataan

Bait puisi terakhirmu

Suara hati kecilmu yang engkau tuangkan lewat bahasa

Hingga seluruh nadiku ikut merasakan yang engkau tulis

Biarlah perjalananmu

Menjadi jalan panjang

Suatu saat engkau akan menemukan secercah cahaya

Bersama takdir yang akan membawa jalan kehidupanmu

Sungguh bait puisi terakhirmu

Kusimpan di benak hati yang terdalam

Bersama jutaan rindu menggumpal di awan

Selaksa mendung tak turun hujan

Namun terasa mendung memberi pertanda tentang kehadiran hujan

Walau mendung tak selamanya hujan

Namun paling tidak mendung telah memberi warna suatu keyakinan yang terbentuk dalam jiwa

Bahwa hujan suatu saat akan tiba

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun