"Allah yang telah menjadikan malam bagi kamu supaya kamu menenteramkan diri padanya dan siang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia atas manusia; akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur."Â
Dilansir dari tafsir Al-Azhar beliau Hamka menjelaskan maksud surat Al-Mu'min ayat 6 bahwa Allah menganugerahkan aneka warna kemudahan bagi manusia.Â
Tetapi ada juga manusia yang tidak bersyukur atas karunia Allah itu. Dia pun lalai dan lengah, bahkan ada yang durhaka. Penulis teringat akan seorang filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, dengan salah satu perkataannya yang sangat kontroversial dia mengatakan bahwa " tuhan sudah mati."
Sifat sombong tersebut berlandasan bahwa manusia sudah tidak lagi butuh tuhan, dengan akalnya manusia sudah bisa menghasilkan berbagai perangkat teknologi, yang memudahkan setiap pekerjaan.Â
Memandang pemikiran itu ada di sebagian umat Islam yang sangat alergi terhadap kemajuan, dia meminta anaknya untuk tidak banyak belajar filsafat karena pada akhirnya akan menjadikan si anak anti-tuhan. Apakah hal tersebut sesuatu yang benar? Lalu bagaimana sikap kita terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini berkembang?
Akal Manusia Terbatas
Bagaimanapun tingginya manusia, tidaklah ada manusia itu yang menciptakan sendiri pengetahuan itu. Ada pendapatan-pendapatan baru hasil bebas dan selidik manusia, sehingga manusia telah terbang di udara, menyelam di lautan, terbang ke bulan. Manusia telah mendapat telepon, telegraf, televisI, listrik dan lain--lain.Â
Cobalah pikirkan, bukankah semuanya itu hasil pencarian? Yaitu mencari rahasia yang tersembunyi? Tegasnya ialah bahwa sebelum manusia mengetahuinya, hukum dan dalil dari yang diselidiki itu telah ada!Â
Cuma manusia belum tahu. Inilah yang menandakan bahwa kemampuan akal manusia terbatas, ia tidak bisa menciptakan hukum akan, tetapi menemukan hukum dengan proses penyelidikannya.
Sikap Umat Islam dalam Memandang Ilmu Pengetahuan
 Dalam ajaran Islam, Allah memerintahkan Nabi menyelidiki mengenai penciptaan manusia, supaya mengetahui akan kebesaran dan kasih Allah kepada hambaNya (surat Al-Alaq).Â
Dengan menyelidiki alam semesta ini, terungkap begitu besar alam ini, begitu MahaNya Allah yang menciptakan keseimbangan. Kita sebagai umat Islam selayaknya, berusaha untuk mencari dan menyelidiki hukum-hukum Allah yang belum diketahui oleh manusia, jika sudah terungkap maka hasilnya ilmu pengetahuan.Â
Dengan menyelidiki hukumnya, ditemukan berbagai teknologi yang canggih. Apalagi sekarang sudah masuk ke revolusi industri keempat dengan peralihan dari tenaga manusia dengan tenaga mesin, kehidupan serba digital dan manusia diberikan banyak kemudahan.Â
Umat Islam tidak boleh memaknai itu dengan sikap yang eksklusif atau tidak mau menerima kemajuan. Dan sebaliknya umat Islam menerimanya, bukankah itu adalah sunnatullah hukum ketetapan Allah!
Filsafat Mengantarkan Manusia Untuk mengetahui Kebesaran Allah
 Definisi dari filsafat (KBBI) adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala sesuatu, sebab, asal, dan hukumnya. Sehingga sebenarnya manusia itu senantiasa berfilsafat jika dia menggunakan akalnya untuk memahami realitas secara mendalam. Produk dari filsafat adalah ilmu pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.Â
Sebenarnya di dalam Al-Qur'an banyak sekali Allah mengingatkan manusia untuk menggunakan akalnya, karena dengan demikian akan bisa mengungkap hukum kebesaranNya yang bisa bermanfaat untuk kepentingan manusia.Â
Sehingga dengan begitu manusia itu bisa senantiasa bersyukur atas keadilanNya, dengan hukum Allah kita sekarang bisa menikmati manfaat dari listrik, motor, internet, dan banyak lagi teknologi. Kita tidak bisa membuat hukum yang serumit itu, tetapi kita bisa menemukan hukum itu, merangkainya menjadi peraturan yang teratur.Â
Orang yang mengetahui kebesaran Allah hanyalah orang yang menggunakan akalnya (Q.s Ali Imran [3] : 190). Maka dengan semakin banyaknya penemuan baru, Â akan membuat bertambahlah iman seseorang terhadap Allah.Â
Kemudian, mereka tidak henti-hentinya untuk menyembah hanya Allah tidak ke yang selainNya. Kita tidaklah berpikir untuk menyembah ilmu pengetahuan, karena semuanya itu adalah hukum-hukum Allah.
Dengan pemikiran seperti itu, insyaallah umat Islam akan terbangun dari tidurnya, akan membangkitkan semangat untuk menyelidiki, untuk kebaikan manusia. Dan pada akhirnya Islam akan mengalami kemajuan, bisa mengejar ketertinggalan.Â
Terhadap pemikiran yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus di Islamkan menurut penulis kurang tepat, karena memberikan kesan bahwa ilmu pengetahuan tidaklah Islam, jika tidak berarti itu ilmunya orang di luar Islam.Â
Secara pemahaman penulis, ilmu pengetahuan bersifat netral (tidak terikat akan agama seseorang) yaitu sebuah kumpulan akan sebagian hukum Allah mengenai seluruh alam semesta yang sudah diungkap oleh manusia. Islam menganjurkan umatnya, untuk menggunakan ilmu pengetahuan untuk menegakkan keadilan diterangkan di dalam surat Al-Hadid ayat 25.Â
Dengan itu, kita bisa paham bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat disalahkan, yang patut disalahkan adalah orang yang menggunakannya demi kepentingan yang merusak. Semoga dengan tulisan ini, memberikan wawasan pemahaman pembanding kepada generasi Islam, dengan itu diharapkan akan membawa kemajuan. Â Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H