Mohon tunggu...
khoirul ikhsan
khoirul ikhsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masyarakat biasa

agak suka baca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dilematis Generasi Z, Generasi Multi Potensi tetapi Juga sebagai Public Enemy

16 Juli 2024   20:13 Diperbarui: 16 Juli 2024   21:34 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dilematis bagi Gen Z, di satu sisi sebagai generasi multi potensi di sisi lain sebagai public enemy. (pict by Unplash)

Menjadi bagian dari Generasi Z adalah sesuatu yang membanggakan sekaligus menyedihkan. Generasi Z juga mempunyai tanggung jawab atas apa dan bagaimana masyarakat memberikan stereotip menyanjung bahkan menjatuhkan Generasi Z itu sendiri.

Sebagai seorang yang termasuk Generasi Z dipandang masyarakat dari secara langsung ataupun bukti nyata sebagai generasi yang memiliki  berbagai potensi (lekat dengan perkembangan teknologi, adaptif, dan multi potensi) tetapi punya sisi lain dan berbanding terbalik dengan berbagai potensi tadi. 

Jika dianalogikan sebuah koin yang mempunyai dua sisi, Generasi Z disatu sisi memiliki potensi yang patut dibanggakan dilain sisi tak lepas dari kekurangan atau sisi lemahnya.

Hilangnya “Esensi Manusia” Tenggelam dalam Kemajuan.

Kongkrit dari sisi lemahnya Generasi Z terbentuk dari fenomena apa yang ada hari ini. Semisal dengan adanya kemajuan teknologi seseorang menjadi ketergantungan terhadap teknologi dan produknya.  Sesuatu yang paradoks. 

Dengan hadirnya kemajuan teknologi, berbagai segmen kehidupan manusia yang terbantu, dan percepatan serta akses informasi begitu menyebar kilat akan tetapi semakin kesini berdampak menghilangnya esensi manusia dan memerangi karakter-karakter yang semestinya ada pada diri manusia dan perlu dipertahankan  eksistensi dan perannya.  

Hal ini sejalan kritik Don Tapscott mengenai sisi gelap Generasi Z  yakni kurangnya etika yang positif, kurang pengetahuan moral, dan kurang peka terhadap realita sosial yang ada. Sisi gelap Generasi Z ini menurut Don Tapscott yang membedakan dengan generasi sebelumnya.

Hidup berdampingan dengan kemajuan teknologi, kemudahan akses terhadap berbagai informasi berdampak membentuk karakter baru Generasi Z sebagai “generasi instan” dan terkesan kurang menghargai proses. 

Berbeda dengan generasi sebelum-belumnya dimana kehidupannya belum terjamah oleh kemajuan teknologi dan cenderung tradisonalis serta manual sehingga proses seringkali menjadi sesuatu esensial dan dibutuhkan kesabaran untuk sampai pada hasil atau pencapaian.

Bukti nyata dari kurang menghargai proses pada kebanyakan Generasi Z bisa diamati apa dilihat perilaku kesehariannya. Menikmati musik atau tiap muter musik ingin segera masuk atau dengerin bagian reff atau bagian yang disukai, menonton tv atau movie dipercepat ke bagian yang disukai, tidak sabaran dengan iklan walaupun hanya beberapa detik saja serasa menunggu bermenit-menit bahkan berjam-jam adalah secuil bukti bahwa dibalik gemilangnya Generasi Z dibaliknya atau disisi lainnya terdapat kelemahan-kelemahan yang paradoks dengan kelebihannya ketimbang generasi sebelum-sebelumnya.

Mengandai-andaikan Idealnya Generasi Z

Jika mengandai-andaikan kondisi ideal Generasi Z yang terbenak di kepala serta melihat realita yang ada terkait kemajuan dan dampak teknologi membantu di berbagai segmen kehidupan serta pola asuh dari generasi-generasi sebelumnya yang menjunjung tinggi etika dan menghargai proses sebagai ciri orientasinya. 

Maka sintetis dan generalisasi dari kemajuan teknologi dan pengaruh pola asuh dari generasi-generasi sebelum Generasi Z idealnya Generasi Z lahir sebagai generasi yang unggul, cekatan terhadap teknologi, santun perilakunya, baik etos kerjanya serta lebih menghargai proses.

Terkait masyarakat menganggap Generasi Z sebagai generasi yang potensial dan dilain sisi terdapat “kekeliruan” yang dipandang masyarakat. Hal ini terjadi karena konstruksi sosial, konstruksi sosial hari ini terbangun bukan hanya terbentuk karena peran Generasi Z saja, tetapi generasi-generasi sebelumnya. 

Maka wajar saja pandangan Generasi Z selain punya banyak potensial, masyarakat (terutama generasi sebelum Generasi Z) menilai ada sesuatu yang berbeda dari mereka terkait “etos dan karakter” yang ada pada Generasi Z.

Refleksi  Generasi Sebelumnya, Berhati-hati hingga Open minded ikhtiar mereduksi stereotip Pandangan Negatif Generasi Z.

Mengingat-ingat nasehat orang tua yang cukup familiar dalam bahasa jawa “Wis mangan asam garamé urip” kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “makan asam garam kehidupan” memiliki makna pembelajaran dan relevan bagi Generasi Z untuk menjaga eksistensi sebagai manusia yang esensial terkhusus pada “etos dan karakternya” ditengah modernisasi yang mengikis etos dan karakter karena dianggap tidak relevan dan peninggalan budaya kuno. Hal ini berbeda dengan orang-orang terdahulu yang menjunjung kesantunan, etos, dan karakter yang baik.

Maka tiada salahnya atau malah perlu bagi Generasi Z untuk belajar dari generasi-generasi sebelumnya perihal etos, karakter, kesantunan, dan tentunya bersabar serta menghargai proses agar tak selalu di cap sebagai generasi instan.

Selain belajar dari generasi-generasi sebelumnya Generasi Z sebagai seseorang yang terbuka atau  open minded idealnya dalam berlaku apapun itu Generasi Z selain memperhatikan nilai proses juga memperhatikan dampak atau risiko. 

Dengan memperhatikan dua hal tersebut (dampak & risiko) Generasi Z menjadi generasi yang unggul dan perlahan-perlahan mengenai stereotip bahwa Generasi Z mempunyai sisi negatifnya akan tertimbun pandangan baru generasi yang hati-hati dalam berlaku (memperhatikan dampak dan risiko). 

Makna unggul diinterpretasikan sebagai generasi yang punya banyak potensi sekaligus open minded sehingga mereka juga selalu memperhatikan dampak dan risiko yang mereka lakukan.

Dilematis menjadi seorang Generasi Z mempunyai tanggung jawab atas apa yang menjadi pandangan masyarakat umum terutama perihal basic potensial yang dimiliki Generasi Z itu sendiri serta mereduksi pandangan-pandangan negatif yang ada dengan cara berkaca dari generasi-generasi sebelumnya perihal etos dan karakter yang relevan sampai hari ini dan tidak terkesan kuno. 

Setelah mencoba-coba mengamati dan mensitetiskan dua sisi ini, antara potensi dan pandangan-pandangan negatif. Menjadi keunggulan sebagai Generasi Z yang beberapa karakteristiknya yakni open minded, memperhatikan tindak-tanduk serta merefleksikan nilai-nilai dari generasi sebelumnya menjadikan Generasi Z yang santun dan anggun karakternya. 

Dengan karakteristik ini diharapkan Generasi Z peka, responsif, dan menjadi Generasi yang unggul setelah memanfaatkan potensinya serta mampu pandangan-pandangan negatif melalui potensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun