Mohon tunggu...
khoirul ikhsan
khoirul ikhsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masyarakat biasa

agak suka baca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Meminimalisasi Emisi Gas Efek Rumah Kaca: Ada yang Lebih Tepat dari Transisi Energi

13 Oktober 2023   21:19 Diperbarui: 13 Oktober 2023   21:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Transisi Energi merupakan upaya meminimalisasi emisi gas efek rumah kaca dengan cara berpindah dari energi kotor yang biasanya sebagai penyumbang emisi gas efek rumah kaca ke energi bersih atau hijau yang ramah lingkungan. Keberadaan emisi gas efek rumah kaca sangat mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi, tidak hanya manusia saja yang terdampak emisi gas efek rumah kaca tetapi juga flora dan fauna yang ada. Perubahan iklim, pemanasan global, bencana alam, flora dan fauna punah karena tidak dapat beradaptasi merupakan dampak dari emisi gas efek rumah kaca.

Mengapa gas efek rumah kaca dapat mempengaruhi perubahan Iklim dan pemanasan global?

Keberadaan gas efek rumah kaca memberikan dampak baik dan buruk bagi kehidupan di bumi, tanpa emisi gas efek rumah kaca suhu di bumi akan turun radiasi sinar matahari yang masuk dan otomatis terpantul keluar tidak ada yang menghalau atau menangkap sehingga panas matahari keluar dan suhu bumi rendah mengalami pendinginan mustahil untuk menjadi tempat melangsungkan kehidupan bagi makhluk yang ada di bumi,  Akan tetapi jika emisi gas efek rumah kaca berlebihan memadati lapisan atmosfer mengakibatkan radiasi sinar matahari yang turun dan terpantulkan di bumi tidak bisa keluar kembali karena terperangkap emisi gas efek rumah kaca yang memadati lapisan atmosfer hingga menyebabkan suhu bumi cenderung meningkat. Suhu bumi meningkat akan menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. ketidakseimbangan ekosistem di bumi seperti mencairnya es di kutub karena suhu bumi meningkat, matinya fauna di kutub karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan hidup yang telah berubah, tenggelamnya pulau pulau rendah karena dampak dari mencairnya es di kutub, kekeringan, kepunahan flora maupun fauna, dan masih banyak lagi.

Kegiatan manusia yang menyumbang Emisi Gas Efek Rumah Kaca.

Emisi gas efek rumah kaca terdiri dari Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrogen Oksida (N2O), Hidrofluorokarbon (HFC), Perfluorokarbon (PFC), Belerang Hex Florida (SF6), dan Karbon Hitam (Black Carbon).

Karbon Dioksida (CO2), Ini adalah gas rumah kaca utama yang dihasilkan oleh kegiatan manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam untuk energi, transportasi, dan industri.

Metana (CH4), Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi gas alam dan minyak bumi. Pertanian, terutama produksi ternak seperti sapi dan domba, juga merupakan sumber utama emisi metana melalui pencernaan hewan dan manajemen limbah hewan.

Nitrogen Oksida (N2O), Gas ini terutama berasal dari penggunaan pupuk sintetis dalam pertanian dan polusi udara dari pembakaran bahan bakar fosil serta pembakaran biomassa.

Hidrofluorokarbon (HFC), Perfluorokarbon (PFC), dan Belerang Heksafluorida (SF6), Ini adalah gas-gas buatan manusia yang digunakan dalam industri, terutama dalam sistem pendingin, peralatan listrik, dan manufaktur. Mereka memiliki potensi pemanasan global yang sangat tinggi.

Karbon Hitam (Black Carbon), Partikel karbon yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, biomassa, dan limbah. Mereka menyerap panas dan dapat memengaruhi salju dan es, mempercepat pemanasan global di wilayah kutub.

Daerah yang intens menyumbang Emisi Gas Efek Rumah Kaca dan dampak yang didapat

Kota-kota besar yang padat akan penduduk, padat akan area industri yang alat produksinya memerlukan bahan bakar fosil atau limbah yang dibuang tidak ramah dengan lingkungan, padat akan transportasi yang menyumbang emisi karbon juga, dan ditambah lagi minimnya penghijauan di area perkotaan yang dimana penghijauan berperan vital dalam menangkap emisi karbon yang dikeluarkan dari aktivitas manusia di perkotaan.

Kota besar seperti Jakarta menjadi salah satu kota yang menyumbang emisi gas efek rumah kaca di Indonesia, dan di Jakarta sendiri penyumbang emisi menurut pemaparan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar di Jakarta, diikuti industri energi 31%, lalu manufaktur industri 10%, sektor perumahan 14%, dan komersial 1%.

Formulasi alternatif yang dapat diupayakan selain Transisi Energi.

Jika dilihat dari data, formulasi untuk meminimalisir emisi gas efek rumah kaca lebih urgent di perbaikan, penambahan, dan penguatan transportasi umum daripada transisi energi. upaya fokus di perbaikan, penambahan, dan penguatan transportasi umum merupakan upaya yang strategis dan dibutuhkan dalam waktu yang singkat di Jakarta, karena selain meminimalisir emisi gas efek rumah kaca tetapi juga mengurangi angka kemacetan di Jakarta, jika dilihat dari databooks Terdapat 17,3 juta unit sepeda motor di DKI Jakarta atau setara 65,6% dari total kendaraan bermotor di kota tersebut. Kemudian, ada sebanyak 3,76 juta mobil penumpang. Dan sektor industri di Jakarta masih tergantung pada alat produksi yang berbahan bakar fosil seperti batubara, gas alam, dan minyak bumi jika hal ini diputus maka akan mengganggu aktivitas ekonomi, sehingga konteks transisi energi belum tepat dan belum siap dilaksanakan di Jakarta atau kota kota besar lainnya sebagai area industri dan perekonomian warga atau masyarakatnya masih bergantung pada energi tak terbarukan.

Upaya yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat untuk meminimalisasi Gas Efek Rumah Kaca berkaitan fakta diatas adalah, menggunakan transportasi umum agar tidak menyumbang gas karbon atau kemacetan, mensosialisasikan kepada orang lain mengenai upaya meminimalisasi Gas Efek Rumah kaca, dan bersinergi dengan lembaga dan pemerintah mengenai kebijakan yang mendukung upaya meminimalisasi Gas Efek Rumah Kaca.

Transisi energi adalah agenda berkelanjutan, tidak serta merta diterapkan karena memakan biaya yang tinggi dan aktivitas perekonomian suatu masyarakat dominan bergantung pada energi tidak terbarukan, akan tetapi tetap ada banyak usaha alternatif yang mampu diterapkan untuk meminimalisir emisi gas efek rumah kaca yang sifatnya harus segera diterapkan dan relatif seperti apa formulasinya, bisa dari individu, masyarakat, lembaga/organisasi, hingga sampai ranah kebijakan pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun