Kota-kota besar yang padat akan penduduk, padat akan area industri yang alat produksinya memerlukan bahan bakar fosil atau limbah yang dibuang tidak ramah dengan lingkungan, padat akan transportasi yang menyumbang emisi karbon juga, dan ditambah lagi minimnya penghijauan di area perkotaan yang dimana penghijauan berperan vital dalam menangkap emisi karbon yang dikeluarkan dari aktivitas manusia di perkotaan.
Kota besar seperti Jakarta menjadi salah satu kota yang menyumbang emisi gas efek rumah kaca di Indonesia, dan di Jakarta sendiri penyumbang emisi menurut pemaparan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar di Jakarta, diikuti industri energi 31%, lalu manufaktur industri 10%, sektor perumahan 14%, dan komersial 1%.
Formulasi alternatif yang dapat diupayakan selain Transisi Energi.
Jika dilihat dari data, formulasi untuk meminimalisir emisi gas efek rumah kaca lebih urgent di perbaikan, penambahan, dan penguatan transportasi umum daripada transisi energi. upaya fokus di perbaikan, penambahan, dan penguatan transportasi umum merupakan upaya yang strategis dan dibutuhkan dalam waktu yang singkat di Jakarta, karena selain meminimalisir emisi gas efek rumah kaca tetapi juga mengurangi angka kemacetan di Jakarta, jika dilihat dari databooks Terdapat 17,3 juta unit sepeda motor di DKI Jakarta atau setara 65,6% dari total kendaraan bermotor di kota tersebut. Kemudian, ada sebanyak 3,76 juta mobil penumpang. Dan sektor industri di Jakarta masih tergantung pada alat produksi yang berbahan bakar fosil seperti batubara, gas alam, dan minyak bumi jika hal ini diputus maka akan mengganggu aktivitas ekonomi, sehingga konteks transisi energi belum tepat dan belum siap dilaksanakan di Jakarta atau kota kota besar lainnya sebagai area industri dan perekonomian warga atau masyarakatnya masih bergantung pada energi tak terbarukan.
Upaya yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat untuk meminimalisasi Gas Efek Rumah Kaca berkaitan fakta diatas adalah, menggunakan transportasi umum agar tidak menyumbang gas karbon atau kemacetan, mensosialisasikan kepada orang lain mengenai upaya meminimalisasi Gas Efek Rumah kaca, dan bersinergi dengan lembaga dan pemerintah mengenai kebijakan yang mendukung upaya meminimalisasi Gas Efek Rumah Kaca.
Transisi energi adalah agenda berkelanjutan, tidak serta merta diterapkan karena memakan biaya yang tinggi dan aktivitas perekonomian suatu masyarakat dominan bergantung pada energi tidak terbarukan, akan tetapi tetap ada banyak usaha alternatif yang mampu diterapkan untuk meminimalisir emisi gas efek rumah kaca yang sifatnya harus segera diterapkan dan relatif seperti apa formulasinya, bisa dari individu, masyarakat, lembaga/organisasi, hingga sampai ranah kebijakan pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H