Mohon tunggu...
Khoirul Anam
Khoirul Anam Mohon Tunggu... lainnya -

Tidak mampu mendeskripsikan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi Saya Atas Aksi 4 November

7 November 2016   14:01 Diperbarui: 7 November 2016   14:14 1404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa sebagai golongan muda yang idealis memiliki kepentingan untuk memperjuangkan idealisme mereka. Golongan idealis seperti mereka bagaikan nurani sebuah bangsa ketika pemerintahnya sudah mulai berpikiran menyimpang. Golongan pendukung Khilafah? Entahlah, mungkin kita bicarakan lain kali.

Sejak awal, aksi massa 4 November kemarin memang sebuah tindakan reaksioner terhadap penistaan agama Islam yang, seperti dituduhkan, dilakukan Basuki. Ratusan ribu umat muslim dari golongan yang berbeda bersatu dalam satu tuntutan yang sama, adili Basuki! Namun tidak semua golongan bergerak atas dasar ‘semata’ tuntutan tersebut. Ada juga kelompok-kelompok tertentu yang memiliki misi terselubung dan berniat memanfaatkan jumlah massa yang besar untuk tujuan mereka. 

Inilah yang menimbulkan kekhawatiran akan adanya ‘penyusup’ saat aksi berlangsung. Pada akhirnya, informasi yang berseliweran sangat berlebihan. Ada teroris lah, percobaan kudeta lah, Arab Spring lah, pendirian Khilafah lah, dll dll. Mungkin akan lebih baik jika sebelum aksi dilakukan perwakilan seluruh elemen massa yang akan terlibat diundang bertemu dan menyatukan visi. 

Dengan begitu, pihak FPI dkk sebagai panitia tidak akan kerepotan ketika peserta aksi mulai ‘bersemangat’. Tapi secara umum, saya setuju jika dikatakan aksi kemarin berjalan damai dan terkendali. Terkait kerusuhan? Biasa lah, aksi massa sebesar itu pasti akan ada insiden. Kalau tidak ada, itu namanya peringatan hari besar nasional. Hahaha

Hal terakhir yang ingin saya sampaikan setelah membuat tulisan kacau di atas (maklum, mulai menulis lagi setelah lama vakum jadinya tak terarah) adalah, Bangsa ini sedang dalam masa pubertas remaja. Tak kenal lelah mencari jati diri kita. Apakah kita bangsa yang demokratis? Apakah kita bangsa yang sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika? Ataukah kita bangsa pemarah dan pembenci sesama? Kita semua pasti menginginkan untuk bersama-sama menuju kedewasaan berbangsa dan bernegara. 

Oleh karena itu, mari bersama-sama belajar saling memaafkan kesalahan orang lain, saling menghormati perbedaan, dan bersikap dewasa dalam demokrasi. Semoga peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk saling menjaga ucapan, saling mengerti perbedaan, saling memaafkan kesalahan, dan yang terpenting saling bekerja sama membangun bangsa dan negara.

Sebagai penutup, saya sampaikan bahwa tulisan ini saya buat dengan pikiran positif. Saya tidak ingin masuk dalam ‘debat kusir’ Basuki salah atau tidak, pak Joko bertugas atau melarikan diri, ada kaitan dengan Pilgub atau tidak, ataupun hal-hal lain yang menyinggung dua kelompok yang sedang berbeda pendapat ini. Demikian jika ada kata yang kurang sopan dan menyinggung saya mohon maaf.

Salam Persaudaraan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun