Mohon tunggu...
Khofifah Kharisma Dela
Khofifah Kharisma Dela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Opinimu dapat merubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampung Emas 2.0: Upaya Penurunan dan Pencegahan Stunting di Kelurahan Tanjungsari

2 Januari 2024   15:37 Diperbarui: 2 Januari 2024   15:44 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bulan Oktober 2023, Universitas Airlangga (UNAIR) melepas 506 mahasiswanya untuk mengikuti program Belajar Bersama Komunitas (BBK) Tematik Kampung Emas Madani 2.0. Program Kampung Emas Madani 2.0 ini melibatkan mahasiswa Universitas Airlangga dari berbagai fakultas. 

Mahasiswa-mahasiswa tersebut disebar ke 153 kelompok yang menyasar berbagai kelurahan di Kota Surabaya dan tergabung kedalam 63 Puskesmas. BBK Kampung Emas Madani 2.0 merupakan program kerjasama antara Universitas Airlangga, Pemerintah Kota Surabaya, dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Program tersebut dijalankan dengan tujuan untuk mengurangi angka stunting di Kota Surabaya. 

Salah satu kelurahan yang dituju pada program Kampung Emas Madani 2.0 ini adalah Kelurahan Tanjungsari. Pada Kelurahan Tanjungsari tersebut terdapat satu tim yang terdiri dari Patricia Vivian Agatha (Gizi-FKM), Ananda Berliana  Tahta Arsyillah (Keperawatan-FKP), dan Khofifah Kharisma Dela (Ilmu Politik-FISIP). Tim ini didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yaitu Novi Dian Arfiani, S.KM., M.KL. Kelurahan Tanjungsari yang terletak di Kecamatan Sukomanunggal dipilih agar mahasiswa yang ada pada tim tersebut dapat menjalankan 3 program sebagai upaya untuk mengurangi angka stunting. 

Stunting merupakan suatu kondisi terganggunya tumbuh kembang anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Anak-anak didefinisikan sebagai stunting jika tinggi badan terhadap usia mereka lebih dari dua standar deviasi di bawah standar pertumbuhan anak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Saat ini, stunting masih menjadi masalah besar di Indonesia dan perlu ditangani secara serius.  Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental. Permasalahan stunting memiliki dampak pada kualitas sumber daya manusia baik itu dalam jangka pendek dan juga jangka panjang.

Dalam jangka pendek, pada kasus stunting akan menyebabkan kegagalan dalam pertumbuhan anak atau balita, mengalami hambatan dalam perkembangan kognitif dan motorik dari anak, serta tinggi badan yang rendah serta gangguan kesehatan lainnya. Sedangkan dalam jangka panjang, akan menyebabkan turunnya kapasitas intelektual atau kecerdasan pada usia dewasa sehingga menyebabkan produktivitas yang rendah sehingga proses pembelajaran menjadi lambat serta munculnya penyakit-penyakit seperti diabetes, jantung, stroke, hipertensi, dan resiko obesitas (Kementerian PPN/ Bappenas, 2018). 

Oleh karena hal tersebut, Universitas Airlangga bersama dengan Pemerintah Kota Surabaya dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya melaksanakan kegiatan belajar bersama komunitas (BBK) Tematik Kampung Emas dengan tema "Kampung Emas Madani: Intervensi Hulu dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kota Surabaya". Kegiatan ini sebagai bentuk kontribusi nyata Perguruan Tinggi dalam mendukung program prioritas nasional dalam menurunkan prevalensi stunting di Indonesia. 

Kegiatan Kampung Emas Madani 2.0 merupakan kegiatan yang berfokus pada upaya pencegahan stunting dengan sasaran hulu, yaitu calon pengantin, ibu hamil, dan balita stunting.  Terdapat rancangan kegiatan dilaksanakan pada Program Kampung Emas Surabaya 2.0, antara lain LADUNI (Layanan Terpadu Pra Nikah), SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi), dan FORMULA PANGAN BERIMAN (Formulasi Pangan Lokal, Seimbang, Beragam, Berbasis Hewani). 

LADUNI merupakan program pencegahan stunting yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kesehatan pranikah dan menurunkan prevalensi anemia, komplikasi kehamilan, BBLR, neo-natal stunting. Sasaran dari program tersebut adalah ibu hamil dan calon pengantin yang akan menikah 3 bulan mendatang serta yang sudah menikah 3 bulan kebelakang. Media yang digunakan pada Program LADUNI adalah power point, poster, dan leaflet. Materi yang disampaikan berupa penyampaian kandungan, manfaat, dan cara meminum suplemen LADUNI.

Gambar 1. Poster Laduni
Gambar 1. Poster Laduni

Program yang kedua adalah SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi). Program tersebut berisi kegiatan pemberian fasilitas pelaksanaan kegiatan pelatihan kesehatan terkait gizi ibu hamil dan manajemen stres, serta mengadakan kegiatan edukasi gizi melalui media kreatif. Pada program SBCC-BESTIEZ bertujuan untuk mengubah perilaku ibu hamil dalam praktik makan, dan manajemen kesehatan mental ibu, penguatan peran PKK dan TPK sebagai edukator dan konselor Kesehatan. Media yang digunakan pada program tersebut berupa power point, poster dan leaflet. 

Gambar 2. Leaflet Nutrisi dan LADUNI
Gambar 2. Leaflet Nutrisi dan LADUNI

Program yang ketiga adalah FORMULA PANGAN BERIMAN (Formulasi Pangan lokal Seimbang, Beragam, berbasis hewani). Kegiatan tersebut ditujukan kepada Ibu hamil dan calon pengantin yang berisi kegiatan pengenalan produk hasil pangan hewani dan pengembangan formula makanan berbasis pangan hewani dan praktik pengolahannya. Tujuan dari program tersebut adalah mengembangkan formula makanan berbasis pangan hewani untuk meningkatkan asupan protein bagi ibu hamil dan calon pengantin untuk mendukung program DASHAT (Dapur Sehat). Media yang digunakan pada program ini adalah leaflet, video memasak dan pembagian contoh formula pangan yang telah dibuat.

gAMBAR 3. Resep dan Kandungan Gizi Formula Pangan yang dibuat (Nutrimil Gyoza)
gAMBAR 3. Resep dan Kandungan Gizi Formula Pangan yang dibuat (Nutrimil Gyoza)

Pencegahan stunting sangat penting dilakukan. Pencegahan stunting dapat dimulai sejak masa kehamilan hingga balita. Pada masa kehamilan, intervensi spesifik yang dilakukan meliputi menjaga kesehatan ibu, mencegah anemia, dan memperhatikan asupan gizi. Selain itu, intervensi juga dapat dilakukan pada saat bayi lahir hingga balita, seperti memberikan makanan pendamping atau MPASI pada usia 6 bulan ke atas. Sebelum masa kehamilan, pencegahan stunting juga dapat dilakukan sejak menjadi calon pengantin dengan menjaga kesehatan, mengatur pola makan, dan minum suplemen LADUNI. 

Gambar 4. poster Kesehatan
Gambar 4. poster Kesehatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun