Mohon tunggu...
Khoerul Muhlisin
Khoerul Muhlisin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Software Enginer

Saya Khoirul Muhlisin, seorang penulis kreatif dengan minat besar pada dunia literasi, edukasi, dan teknologi. Berpengalaman dalam menciptakan karya tulis berbobot, mulai dari novel, modul pembelajaran, hingga konten digital. Saat ini, saya juga membuka jasa ghostwriting untuk membantu mewujudkan ide-ide luar biasa menjadi karya yang bermakna. Saya percaya bahwa menulis adalah seni untuk mengabadikan pikiran dan perasaan, serta alat untuk menginspirasi banyak orang

Selanjutnya

Tutup

Roman

Sepucuk Surat Dibawah Cahaya Remang

27 Januari 2025   19:46 Diperbarui: 27 Januari 2025   19:46 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Pendahuluan: Hati yang Tersesat

Malam jatuh di Desa Sukamukti, membawa gelap yang tidak hanya menyelimuti langit tetapi juga hati seorang wanita muda bernama Laras. Rembulan malam itu seperti wajah seorang sahabat yang memancarkan kehangatan dari kejauhan, namun tak pernah bisa disentuh. Di sebuah rumah kecil di ujung desa, Laras duduk di samping meja kayu dengan lampu minyak yang bergoyang lembut. Surat di tangannya terasa lebih berat dari biasanya, seolah memikul semua kenangan yang berusaha ia lupakan.

Surat itu bukan sembarang surat; itu adalah satu-satunya peninggalan Damar, pria yang pernah ia cintai. Pria yang membawa Laras keluar dari kebosanan hidupnya, hanya untuk kemudian meninggalkan jejak luka yang tak pernah sepenuhnya sembuh.

Kenangan yang Menyayat

Laras tidak bisa melupakan bagaimana ia bertemu dengan Damar untuk pertama kalinya. Pasar malam yang dipenuhi lampion warna-warni menjadi tempat pertemuan mereka. Di tengah hiruk pikuk penjual dan pembeli, suara Damar memikat perhatian Laras. Ia sedang membacakan puisi tentang kebebasan di sudut pasar.

"Jika kebebasan adalah impian, maka biarkan aku menjadi pendosa yang terus bermimpi."

Kata-katanya sederhana, tetapi menyentuh hati Laras. Saat itu, ia hanyalah gadis desa yang tidak tahu apa-apa tentang dunia luar, tetapi Damar, dengan tatapannya yang penuh semangat, membuatnya melihat dunia dengan cara yang berbeda.

Awal Cinta yang Tumbuh

Pertemuan mereka berlanjut di bawah pohon ketapang tua di ujung desa. Damar selalu membawa buku-buku tua dan membacakannya untuk Laras. "Dunia ini besar, Laras," katanya suatu hari. "Tetapi seringkali hati manusia terlalu kecil untuk melihatnya."

Laras mendengarkan setiap kata Damar seperti seorang murid yang belajar dari gurunya. Cinta mulai tumbuh di antara mereka, bukan hanya dari kata-kata, tetapi juga dari keheningan yang mereka bagi.

Namun, cinta mereka bukan tanpa rintangan. Laras adalah putri seorang petani miskin, sementara Damar berasal dari keluarga yang sedikit lebih berada tetapi memberontak melawan warisan keluarganya.

Dunia yang Memisahkan

Ketika perang saudara mulai melanda negeri mereka, hidup berubah drastis. Damar, yang terlibat dalam gerakan melawan pemerintah yang represif, menjadi buronan. Ia harus melarikan diri ke pedalaman, meninggalkan Laras tanpa kepastian. Sebelum pergi, ia menulis sepucuk surat:

"Laras, cinta kita mungkin tak bisa bertahan di dunia ini, tetapi aku percaya, di suatu tempat yang lebih damai, kita akan bertemu kembali."

Laras mendengarkan setiap kata Damar seperti seorang murid yang belajar dari gurunya. Cinta mulai tumbuh di antara mereka, bukan hanya dari kata-kata, tetapi juga dari keheningan yang mereka bagi.

Namun, cinta mereka bukan tanpa rintangan. Laras adalah putri seorang petani miskin, sementara Damar berasal dari keluarga yang sedikit lebih berada tetapi memberontak melawan warisan keluarganya.

Tetangga-tetangga sering membicarakannya. "Kenapa Laras belum menikah?" tanya mereka. "Ia terlalu sibuk memikirkan seseorang yang tidak akan pernah kembali," jawab yang lain.

Namun Laras tetap setia pada kenangannya. Baginya, Damar bukan hanya cinta, tetapi juga pengingat akan dunia yang lebih besar, dunia yang penuh dengan harapan meskipun kacau.

Pertemuan Kembali yang Menggetarkan

Suatu malam, ketika Laras berjalan pulang dari pasar, ia melihat seseorang berdiri di bawah pohon ketapang tua. Tubuh pria itu kurus, tetapi matanya tetap memancarkan semangat yang sama seperti dulu. Itu adalah Damar.

"Damar?" Laras hampir tidak percaya dengan penglihatannya.

"Ya, ini aku," jawab Damar, suaranya serak. "Aku kembali, Laras. Tetapi hanya sebentar."

Mereka duduk bersama di bawah pohon ketapang, berbicara tentang kenangan dan mimpi yang dulu mereka miliki. Damar menceritakan perjuangannya melawan tirani, bagaimana ia hidup di pengasingan, dan bagaimana ia selalu memikirkan Laras.

Namun, pertemuan itu hanya sementara. Damar harus pergi lagi, karena bahaya terlalu besar jika ia tinggal.

Refleksi Laras: Cinta yang Tidak Pernah Padam

Setelah Damar pergi, Laras kembali ke rutinitasnya. Tetapi kali ini, ia merasa lebih kuat. Ia menyadari bahwa cinta bukanlah tentang memiliki, tetapi tentang memberi makna pada hidup.

Laras membuka surat terakhir dari Damar dan membacanya dengan hati yang lebih tenang:

"Cinta kita adalah api kecil di tengah badai. Meski redup, ia tidak pernah padam."

Surat itu menjadi lentera kecil di hati Laras, memberi cahaya dalam perjalanan hidupnya yang penuh liku.

Epilog
Malam itu, Laras memandang rembulan yang perlahan tenggelam di balik awan. Ia tahu, meskipun dunia ini penuh kekacauan, cinta akan selalu menemukan jalannya untuk tetap hidup, meski dalam bentuk yang berbeda. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun