Mereka duduk bersama di bawah pohon ketapang, berbicara tentang kenangan dan mimpi yang dulu mereka miliki. Damar menceritakan perjuangannya melawan tirani, bagaimana ia hidup di pengasingan, dan bagaimana ia selalu memikirkan Laras.
Namun, pertemuan itu hanya sementara. Damar harus pergi lagi, karena bahaya terlalu besar jika ia tinggal.
Refleksi Laras: Cinta yang Tidak Pernah Padam
Setelah Damar pergi, Laras kembali ke rutinitasnya. Tetapi kali ini, ia merasa lebih kuat. Ia menyadari bahwa cinta bukanlah tentang memiliki, tetapi tentang memberi makna pada hidup.
Laras membuka surat terakhir dari Damar dan membacanya dengan hati yang lebih tenang:
"Cinta kita adalah api kecil di tengah badai. Meski redup, ia tidak pernah padam."
Surat itu menjadi lentera kecil di hati Laras, memberi cahaya dalam perjalanan hidupnya yang penuh liku.
Epilog
Malam itu, Laras memandang rembulan yang perlahan tenggelam di balik awan. Ia tahu, meskipun dunia ini penuh kekacauan, cinta akan selalu menemukan jalannya untuk tetap hidup, meski dalam bentuk yang berbeda.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI