OLEH: Khoeri Abdul Muid
Kepala Sekolah SDN Kuryokalangan 02, Gabus, Pati
Â
Pendahuluan: Pendidikan, Sekadar Keterampilan atau Kebebasan Jiwa?
Bayangkan seorang anak yang tumbuh dalam sistem pendidikan yang hanya menuntut hafalan dan nilai akademis tanpa benar-benar memahami makna belajar. Apakah ia benar-benar menjadi manusia yang merdeka? Atau justru terjebak dalam pola pikir yang terbatas?
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, menekankan bahwa pendidikan harus membebaskan jiwa, bukan sekadar membekali seseorang dengan keterampilan atau pengetahuan akademis. Pemikiran ini mengajak kita untuk bertanya lebih dalam: Apakah sistem pendidikan kita sudah membentuk manusia yang merdeka? Bagaimana Islam memandang pendidikan yang membebaskan ini?
Ki Hajar Dewantara dan Pendidikan yang Membebaskan
Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan bukan hanya sarana untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga alat untuk membentuk manusia yang mandiri, kritis, dan memiliki kesadaran sosial. Ia merumuskan konsep "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani", yang berarti:
Di depan memberi teladan -- Guru adalah panutan, bukan hanya pemberi instruksi.
Di tengah membangun semangat -- Pendidikan harus menginspirasi, bukan menekan.
Di belakang memberi dorongan -- Murid harus tumbuh dengan kebebasan berpikir dan bertindak.
Konsep ini memiliki kemiripan dengan filosofi pendidikan dalam ajaran Hindu dan Buddha, yang menekankan pencerahan batin dan kebebasan dari keterikatan duniawi. Namun, apakah ini berarti pendidikan yang membebaskan hanya berasal dari pemikiran Timur?