Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat Sejati

5 Januari 2025   17:16 Diperbarui: 5 Januari 2025   17:16 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Sahabat Sejati. dokpri

Hari-hari berikutnya, Alif menjadi bayangan setia Bima. Ia bekerja tanpa lelah, bahkan kadang-kadang lebih keras daripada Bima sendiri. Ketika Bima mulai putus asa melihat perlahan-lahan kemajuan mereka, Alif selalu hadir dengan kata-kata yang menyemangati.

"Setiap bata yang kita letakkan adalah langkah menuju mimpi baru, Bim. Jangan berhenti sekarang," katanya sambil mengangkat balok kayu ke tempatnya.

Namun, ujian persahabatan mereka tidak berhenti di situ. Saat mereka hampir selesai membangun kembali rumah, Bima difitnah mencuri di pasar. Tuduhan itu mengguncang kepercayaan Bima terhadap orang-orang di sekitarnya.

"Alif, aku tidak melakukannya," ujar Bima suatu malam dengan air mata yang mengalir. "Tapi mereka semua percaya aku bersalah."

"Aku tahu kau tidak melakukannya, Bim," jawab Alif tegas. "Dan aku akan membuktikan bahwa kau tidak bersalah."

Alif bekerja keras membersihkan nama Bima. Ia berbicara dengan saksi, mengumpulkan bukti, hingga akhirnya menemukan bahwa tuduhan itu hanya kesalahpahaman. Ketika kebenaran terungkap, Bima menangis dalam pelukan sahabatnya.

"Kau bukan hanya membersihkan namaku, Lif. Kau mengembalikan kepercayaanku pada dunia," ujar Bima haru.

Beberapa bulan kemudian, rumah Bima berdiri kembali, lebih kokoh daripada sebelumnya. Mereka merayakan pencapaian itu dengan mendaki bukit di pinggiran desa. Dari puncak, mereka memandang desa yang perlahan pulih dari luka-lukanya.

"Lif, aku sering bertanya-tanya, apa yang membuatmu tetap berada di sisiku?" tanya Bima, memecah keheningan.

Alif menatap sahabatnya dan tersenyum. "Sahabat sejati adalah penolong, pendamping dalam suka dan duka, pemberi nasihat, dan orang yang menaruh rasa simpati. Kau telah menjadi semua itu untukku, Bim. Kini giliran aku untuk membalasnya."

Bima terdiam. Kata-kata Alif mengalir seperti air yang menyejukkan jiwanya. Ia tahu bahwa persahabatan mereka bukan sekadar kebetulan, tetapi anugerah yang tak ternilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun