"Tuhan, tolong jaga anak-anakku. Beri mereka kebahagiaan, meski aku tak mampu selalu ada untuk mereka. Jika waktuku sudah habis, biarkan mereka saling menjaga..."
Pernyataan itu terasa begitu berat. Ia baru saja mendapat vonis kanker paru-paru stadium akhir. Bu Ratna tahu, waktunya tidak lama lagi.
Hari ini, di #RnBGrillResto, Bu Ratna merasa seolah semua itu hanya mimpi buruk. Anak-anaknya kembali, membawa kehangatan yang sudah lama hilang.
"Nisa, Reza, Arya, kalian tahu? Ibu merasa sangat bersyukur karena memiliki anak-anak seperti kalian. Kalau boleh Ibu minta satu hal, tetaplah rukun, ya," ucapnya sambil tersenyum tulus.
Arya, si bungsu yang biasanya cuek, tiba-tiba berkata, "Iya, Bu. Kami janji, mulai sekarang kami akan lebih sering ada buat Ibu. Maaf ya, selama ini kami terlalu sibuk sendiri."
Bu Ratna hanya tersenyum. Hatinya penuh, meski ia tahu itu adalah senyum perpisahan.
Malam itu, setelah perayaan kecil mereka, Bu Ratna pulang ke rumah dengan hati yang tenang. Ia meletakkan anggrek lilac itu di meja samping tempat tidurnya. Jemarinya menyentuh kelopak bunga sambil berbisik, "Tuhan, aku titip anak-anakku. Terima kasih telah memberi mereka waktu untuk kembali."
Keesokan paginya, Nisa dan Reza menemukan Bu Ratna tak lagi bernyawa. Tubuhnya terbaring damai, dengan anggrek lilac di sisinya. Di atas meja, ada sepucuk surat kecil bertuliskan tangan.
"Untuk Nisa, Reza, dan Arya,
Kalian adalah kebanggaan terbesar dalam hidup Ibu. Jangan lupa untuk saling menjaga, ya. Ibu sudah tenang. Tuhan memberkati kita semua."
Tangis mereka pecah. Anggrek lilac itu kini bukan hanya bunga. Ia menjadi simbol cinta tanpa syarat dari seorang ibu, yang bahkan hingga akhir hayatnya, hanya ingin anak-anaknya bahagia dan saling menjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H