Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anggrek Lilac untuk Ibu

2 Januari 2025   05:00 Diperbarui: 2 Januari 2025   04:02 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Anggrek Lilac untuk Ibu. dokpri

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Langit sore itu merona jingga, seperti hati seorang ibu yang penuh cinta namun menyimpan luka yang dalam. Di sudut restoran #RnBGrillResto, seorang wanita paruh baya bernama Bu Ratna duduk dengan anggun. Wajahnya lembut, senyumnya menenangkan, tetapi ada jejak keletihan yang tak bisa disembunyikan.

Sebelumnya, meja itu penuh tawa. Tiga anaknya datang, membawa sebuket anggrek lilac, pink, dengan semburat biru. Cantik dan segar, seperti doa-doa yang ia kirimkan setiap malam untuk mereka.

"Selamat Hari Ibu, Ma!" seru Nisa, putri sulungnya, dengan mata berbinar.

"Bunga ini spesial banget, Ma! Mirip kayak yang dulu kita tanam di taman belakang," tambah Reza, si anak tengah yang biasanya pendiam.

Bu Ratna tersenyum, menyembunyikan haru yang membuncah. Ia membelai bunga itu perlahan. "Cantik sekali... Terima kasih, Nak. Telimakaciii..." katanya dengan nada ceria.

"Makmal dulu dong, Bu!" Arya, si bungsu yang ceria, menimpali sambil tertawa.

Mereka memesan makanan. Sup goulash legendaris dari Hungaria menjadi hidangan pertama. Bu Ratna tersenyum kecil saat melihat anak-anaknya berebut mencicip steak wagyu sirloin.

Namun, tiga bulan sebelumnya, keadaan sangat berbeda. Rumah Bu Ratna sunyi. Nisa jarang pulang karena kariernya sebagai desainer interior di kota besar menyita waktu. Reza sibuk mengelola usahanya. Arya, yang baru kuliah, jarang ada di rumah karena lebih sering bersama teman-temannya.

Hujan deras malam itu menjadi saksi kepedihan Bu Ratna. Ia duduk di ranjangnya, memegang rosario tua milik ibunya. Tubuhnya bergetar saat ia mendaraskan doa, tetapi air matanya tak dapat ditahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun