OLEH: Khoeri Abdul Muid
Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah seekor burung elang yang sangat gagah. Setiap hari, ia terbang tinggi di langit, mencari mangsa di bumi.
Burung elang itu selalu merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang tak terkalahkan, penuh kekuatan dan keperkasaan. Setiap kali ia terbang, semut-semut kecil yang ada di tanah pun hanya bisa menatapnya dengan ketakutan, tahu bahwa mereka adalah mangsanya.
Elang itu tidak pernah merasa kasihan, karena baginya, itu adalah hukum alam---yang kuat memangsa yang lemah.
Namun, Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka." (QS. Ar-Ra'du: 11).
Suatu hari, burung elang itu merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat di sebuah pohon besar. Ia merasa senang, merasa kuat dan tak ada yang bisa mengalahkannya.
Namun, tak lama setelah itu, angin kencang datang tanpa diduga. Pohon yang menjadi tempat peristirahatan elang itu tiba-tiba tumbang, dan elang tersebut jatuh ke tanah dengan keras. Ia terluka parah dan tidak bisa terbang lagi.
Sementara itu, semut-semut yang biasa menjadi mangsanya, kini datang berkerumun di sekitar tubuh elang yang tak berdaya. Mereka mulai merayap di atas tubuhnya, menggigit dan menggerogoti tubuh yang dulu mereka takuti.
Elang yang dulu perkasa kini hanya bisa pasrah, merasakan bagaimana nasib berubah dengan begitu cepat. Dulu ia adalah pemburu, kini ia menjadi mangsa yang lemah, dimangsa oleh makhluk-makhluk kecil yang tak terlihat sebelumnya.
Di saat itu, datanglah seekor burung merpati yang bijak, terbang rendah di atas tanah. Melihat keadaan elang yang terbaring lemah, ia terbang turun dan mendekat.
"Wahai elang," kata merpati, "bukankah kau selalu merasa perkasa di udara, merasa tak terkalahkan? Tetapi lihatlah, saat ini tak ada lagi yang bisa kau banggakan. Semua berubah dalam sekejap."
Elang hanya bisa terdiam, merasakan penyesalan dalam hatinya. "Benar," jawab elang dengan suara lemah. "Aku telah merendahkan yang lemah, dan kini aku merasakan sendiri bagaimana hidup bisa berubah begitu cepat."
Merpati itu kemudian mengingatkan, "Segala sesuatu dalam hidup ini memang bisa berubah. Hari ini kau mungkin merasa kuat, tetapi tak ada yang tahu bagaimana besok akan terjadi.
Ingatlah, "Sesungguhnya waktu itu lebih kuat dari segala sesuatu." Jangan pernah merendahkan atau menyakiti makhluk lain, karena tak ada yang abadi.
Semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu."
Dengan kata-kata itu, merpati itu terbang pergi, meninggalkan elang yang terbaring di tanah. Elang itu merenung dalam-dalam, menyadari betapa besar pelajaran yang ia terima.
Ia akhirnya berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi merasa lebih besar dari makhluk lain dan selalu rendah hati, karena hidup ini penuh dengan perubahan yang tak terduga. Dan ia pun semakin mengingatkan dirinya bahwa segala yang terjadi adalah takdir Allah, yang harus diterima dengan sabar dan syukur.
Dalam kehidupan, kekuatan bisa datang dan pergi. Kita tidak pernah tahu kapan kita akan jatuh, dan ketika itu terjadi, kita harus siap untuk menerima kenyataan.
Perubahan adalah bagian dari takdir, dan yang lebih kuat dari segala sesuatu adalah waktu yang terus berjalan. Dengan keimanan kepada Allah, kita belajar untuk selalu bersikap rendah hati, menghargai setiap makhluk, dan tidak merasa tak terkalahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H