Namun, hidup tidak selalu memberi kebahagiaan tanpa ujian terakhir.
Suatu malam, sepulang kerja, ia menemukan ibunya terdiam di ranjang dengan mata terpejam. Selamanya.
Hatinya hancur. Ia menangis sejadi-jadinya, tetapi di sela tangis itu, kata-kata ibunya kembali terngiang: "Penderitaan hanya kalah oleh mereka yang tidak takut terbakar."
Tahun berlalu. Awan kini menjadi seorang manajer di perusahaan tempat ia dulu hanya seorang kurir. Dalam sebuah wawancara televisi, ia ditanya, "Apa yang membuat Anda bisa mencapai posisi ini meskipun semua tampak mustahil?"
Awan tersenyum, menatap kamera dengan mata berkaca-kaca. "Saya melawan. Karena penderitaan tidak akan hilang jika kita memanjakannya. Hanya api semangat yang bisa membuat kita bertahan."
Namun, di balik senyumnya yang terlihat kuat, ada kehampaan yang tak pernah hilang. Ia telah memenangkan perang melawan dunia, tetapi kehilangan yang ia derita tetap menjadi luka abadi di hatinya.
Dan itulah harga dari sebuah perjuangan: kemenangan yang tak pernah benar-benar utuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H