Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bunga Kampus

16 Desember 2024   13:41 Diperbarui: 16 Desember 2024   15:14 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. sumatraekspres.com

Namun, kehidupan Nadira di kampus tidak semudah itu. Banyak perempuan di lingkungannya iri padanya, termasuk sahabatnya sendiri, Livia. Suatu hari, Livia datang dengan sebuah ide licik.

"Aku dengar kamu dekat dengan Pak Adnan," kata Livia, menyipitkan mata. "Apa kamu pikir dia benar-benar tertarik padamu karena isi kepalamu? Aku yakin, dia sama seperti yang lain. Dia hanya ingin kecantikanmu."

Perkataan itu mengendap di hati Nadira, menanamkan keraguan yang menyakitkan. Di saat yang sama, Arya semakin agresif mendekatinya, menawarkan hadiah-hadiah mahal dan janji-janji muluk.

Hingga suatu malam, sebuah pesta besar diadakan di kampus. Semua orang hadir, termasuk Arya dan Adnan. Nadira mengenakan gaun putih sederhana, tetapi tetap mencuri perhatian seluruh ruangan. Arya mendekatinya dengan segelas anggur di tangan.

"Aku tahu apa yang kamu butuhkan, Nadira. Aku bisa memberikannya," bisiknya. "Kehidupan mewah, kebebasan, apa saja."

Namun sebelum Nadira sempat menjawab, Adnan muncul. "Kamu salah, Arya," katanya dengan tenang. "Yang Nadira butuhkan adalah seseorang yang melihatnya sebagai manusia, bukan sekadar objek kecantikan."

Suasana memanas. Arya, merasa terhina, melempar gelasnya ke lantai. "Kamu pikir kamu siapa, hah? Hanya dosen miskin yang sok bijak!"

Nadira berdiri di antara keduanya. "Berhenti! Aku sudah muak menjadi alasan pertengkaran kalian."

Semua mata tertuju padanya. Nadira menghela napas panjang, lalu melanjutkan, "Aku lelah menjadi orang yang hanya dinilai dari luar. Jika kalian benar-benar peduli, buktikan bahwa kalian melihatku lebih dari sekadar kecantikan."

Setelah malam itu, Nadira menghilang. Tidak ada yang tahu ke mana dia pergi. Bahkan Adnan, yang selama ini merasa memahami gadis itu, tak bisa menemukannya. Hingga suatu hari, setahun kemudian, sebuah berita mengejutkan tersebar di kampus.

Nadira ditemukan di sebuah desa terpencil, jauh dari gemerlap kota. Dia menjadi guru bagi anak-anak miskin, mengabdikan hidupnya untuk mendidik generasi muda. Wajahnya masih cantik, tetapi ada sesuatu yang berbeda --- pancaran ketenangan dan kebahagiaan yang tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun