Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR Penerbit dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelangi di Hati

15 Desember 2024   23:33 Diperbarui: 15 Desember 2024   22:34 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mawar memegang kepalanya yang berputar, air mata mulai mengalir deras. “Kamu selalu bilang sudah berusaha, Mas! Tapi lihatlah kita sekarang. Anak-anak kita masih tidur dengan kelaparan beberapa kali!”

Arief terdiam, terkejut dengan kata-kata istrinya. Dalam kemarahan mereka, setiap kata seakan menusuk jantung mereka masing-masing.

Keesokan harinya, Mawar memutuskan untuk menenangkan diri di taman kecil di depan rumah mereka. Pikiran Mawar berkecamuk, ia merasa tidak adil jika ia hanya mengandalkan suaminya untuk mengatasi segalanya. Tapi bagaimana caranya?

Saat ia duduk merenung sambil melihat anak-anak bermain dengan riang di taman, Arief mendekatinya. Senyum suaminya terasa lembut, tetapi masih ada ketegangan di wajahnya.

“Sayang, maafkan aku kemarin,” ujar Arief dengan suara pelan. “Aku hanya terlalu lelah dan terbebani dengan semua ini.”

Mawar menunduk, suaranya bergetar. “Aku juga minta maaf, Mas. Aku hanya merasa takut jika kita tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita.”

Mereka saling berpelukan di bawah langit yang berwarna merah keemasan. Mereka tahu bahwa ini bukan akhir dari perjuangan mereka, tetapi mereka harus belajar saling mendukung, bukan saling menyalahkan.

Hari itu, ketika mereka berjalan bersama di taman sore yang indah, pelangi mulai muncul di langit. Warnanya memukau, memantulkan keindahan yang tak pernah mereka sangka akan mereka rasakan.

Arief memandang pelangi itu dan berbisik, “Lihatlah, sayang. Pelangi ini adalah janji. Kita harus selalu percaya bahwa setiap kesulitan bisa kita lewati jika kita tetap bersama.”

Mawar menatap suaminya dengan penuh harapan. Ia merasakan kehangatan dalam setiap kata Arief. Mereka mungkin masih harus berjuang, tetapi mereka punya satu sama lain sebagai kekuatan.

Perjuangan mereka tidak berakhir di situ. Tetapi dari hari ke hari, mereka mulai memahami bahwa konflik bukan akhir segalanya. Sebaliknya, mereka belajar bahwa berbagi, memahami, dan berjuang bersama adalah fondasi kekuatan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun