Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Analisis Dampak Psikologis Guru Akibat Janji Penambahan Gaji Rp2 Juta, Sebuah Refleksi

7 Desember 2024   17:08 Diperbarui: 7 Desember 2024   17:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Janji kenaikan gaji Rp2 juta per bulan yang disampaikan dalam konteks politik kepada guru mungkin terdengar sebagai angin segar, namun ternyata memiliki kompleksitas psikologis yang mendalam.

Bagi banyak guru, harapan akan kesejahteraan sering kali menjadi motivasi utama untuk menjalankan tugas sehari-hari yang penuh tantangan. Namun, ketika janji itu hanya berakhir sebagai "belum"atau tidak terealisasi, dampaknya bisa jauh lebih serius dibandingkan yang diperkirakan.

Dampak Positif: Harapan yang Menginspirasi

Janji tersebut sempat membangkitkan optimisme di kalangan banyak guru. Ketika seseorang memiliki harapan untuk mendapatkan imbalan yang lebih baik, semangat mereka untuk mengabdikan diri cenderung meningkat. Ini sesuai dengan Expectancy Theory (Vroom), yang menyatakan bahwa motivasi muncul jika individu memiliki ekspektasi bahwa usaha mereka akan membuahkan hasil positif.

Contoh Nyata:
Seorang guru bernama Ibu S, yang sudah mengabdikan dirinya selama 20 tahun, mengungkapkan kegembiraan saat mendengar janji tersebut. Ia mengaku membayangkan bagaimana ia bisa memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya dengan tambahan penghasilan ini, seperti membeli buku, membiayai kursus, dan mempersiapkan masa depan mereka.

"Saya sempat membayangkan bisa membangun masa depan anak-anak dengan bantuan ini. Itu membuat saya semangat untuk mengajar lebih baik setiap hari," ucapnya dengan mata berbinar.

Janji ini menjadi simbol harapan yang menggairahkan semangat mereka untuk menjalankan tugas mulia mendidik anak-anak bangsa.

Dampak Negatif: Ketika Harapan Berubah Menjadi Kekecewaan

Sayangnya, janji yang sempat memantik harapan itu berakhir menjadi "belum" atau tidak terealisasi seperti yang diharapkan. Ini bisa menciptakan berbagai dampak psikologis yang serius pada para guru, antara lain:

1. Kekecewaan dan Kehilangan Harapan

Harapan yang tumbuh dengan cepat bisa runtuh seketika ketika janji tidak terealisasi. Dalam teori Equity Theory (Adams), manusia memiliki kecenderungan untuk membandingkan usaha dengan imbalan yang diterima. Ketika ketidakseimbangan ini muncul, perasaan tidak adil dan frustrasi bisa muncul.

Contoh Kasus:
Bayangkan guru-guru yang sudah bekerja "lembur", membangunkan semangat siswa setiap hari, lalu dikecewakan dengan fakta bahwa kenaikan gaji itu hanya "janji."

2. Penurunan Motivasi dan Produktivitas Kerja

Motivasi yang sempat meningkat bisa berubah menjadi apatis jika seseorang merasa ekspektasi mereka hanya sekadar janji. Ini bisa berdampak langsung pada performa guru dalam mengajar, mengelola kelas, dan merencanakan inovasi pendidikan.

3. Gangguan Kepercayaan terhadap Pemimpin dan Institusi

Janji yang tidak terealisasi merusak kepercayaan guru terhadap pemangku kebijakan. Skeptisisme terhadap janji-janji pemimpin bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya disintegrasi antara pemerintah dan sektor pendidikan.

Guru mungkin merasa bahwa mereka hanya menjadi bagian dari strategi politik, bukan sebagai profesi yang dihargai dan dihormati.

4. Stres Finansial yang Semakin Menggunung

Bagi beberapa guru yang bergantung pada janji tersebut untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, dampaknya lebih serius. Ini menambah tekanan psikologis dan bisa mempengaruhi kesejahteraan mental mereka.

Dampaknya pada Kinerja dan Lingkungan Sekolah

Penurunan Kinerja Guru:
Guru yang kecewa dan kehilangan semangat bisa mengalami penurunan dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar bukan sekadar menyampaikan materi, tetapi juga membangun hubungan positif dengan murid. Ketika emosi terganggu, hubungan ini bisa ikut terdampak.

Contoh Simulasi:
Di lingkungan sekolah, bisa saja terjadi komunikasi yang kurang efektif antara guru dan siswa. Hal ini mempengaruhi kualitas pendidikan dan suasana belajar mengajar.

Data dan Penelitian yang Diperlukan

Meskipun analisis ini sudah berbasis teori psikologi dan manajemen yang valid, masih dibutuhkan data empiris untuk menguatkan argumen ini. Penelitian lebih lanjut seperti:

  1. Survei Motivasi Guru:
    Mengukur sejauh mana janji ini berdampak pada motivasi mereka.
  2. Studi Kualitatif dan Wawancara:
    Menggali pengalaman dan perasaan guru yang terdampak.
  3. Data Kinerja dan Produktivitas:
    Memantau perubahan dalam performa guru setelah janji ini dipenuhi atau tidak direalisasikan.

Hal ini penting untuk memahami lebih mendalam tentang hubungan antara janji politik, motivasi, dan dampak psikologis.

Rekomendasi: Menuju Pemulihan dan Dukungan Psikologis

  1. Penyediaan Dukungan Psikologis:
    Jika dampaknya sudah dirasakan, pemerintah perlu membentuk program dukungan mental bagi guru, seperti sesi konseling dan program kesehatan mental.
  2. Komunikasi yang Jujur dan Transparan:
    Janji politik harus didasarkan pada komunikasi yang jelas dan realistis untuk membangun kepercayaan.
  3. Kebijakan yang Berkelanjutan:
    Kenaikan gaji atau dukungan kesejahteraan untuk guru harus dirancang dengan program berkelanjutan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak tanpa mengecewakan mereka.

Kesimpulan

Janji kenaikan gaji Rp2 juta yang pernah diungkapkan kepada para guru adalah simbol harapan, tetapi ketika berakhir tanpa realisasi, ia bisa berubah menjadi kekecewaan yang mendalam. Ini bukan hanya masalah angka atau gaji, tetapi tentang kepercayaan, motivasi, dan kesejahteraan psikologis para pendidik.

Dampak ini menunjukkan pentingnya komunikasi, kejujuran, dan kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan jangka panjang bagi guru. Sebagai tulang punggung pendidikan, para guru seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dan pemangku kebijakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun