1. Kekecewaan dan Kehilangan Harapan
Harapan yang tumbuh dengan cepat bisa runtuh seketika ketika janji tidak terealisasi. Dalam teori Equity Theory (Adams), manusia memiliki kecenderungan untuk membandingkan usaha dengan imbalan yang diterima. Ketika ketidakseimbangan ini muncul, perasaan tidak adil dan frustrasi bisa muncul.
Contoh Kasus:
Bayangkan guru-guru yang sudah bekerja "lembur", membangunkan semangat siswa setiap hari, lalu dikecewakan dengan fakta bahwa kenaikan gaji itu hanya "janji."
2. Penurunan Motivasi dan Produktivitas Kerja
Motivasi yang sempat meningkat bisa berubah menjadi apatis jika seseorang merasa ekspektasi mereka hanya sekadar janji. Ini bisa berdampak langsung pada performa guru dalam mengajar, mengelola kelas, dan merencanakan inovasi pendidikan.
3. Gangguan Kepercayaan terhadap Pemimpin dan Institusi
Janji yang tidak terealisasi merusak kepercayaan guru terhadap pemangku kebijakan. Skeptisisme terhadap janji-janji pemimpin bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya disintegrasi antara pemerintah dan sektor pendidikan.
Guru mungkin merasa bahwa mereka hanya menjadi bagian dari strategi politik, bukan sebagai profesi yang dihargai dan dihormati.
4. Stres Finansial yang Semakin Menggunung
Bagi beberapa guru yang bergantung pada janji tersebut untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, dampaknya lebih serius. Ini menambah tekanan psikologis dan bisa mempengaruhi kesejahteraan mental mereka.
Dampaknya pada Kinerja dan Lingkungan Sekolah