Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Hargai Waktu?

5 Desember 2024   13:08 Diperbarui: 5 Desember 2024   13:12 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ulustrasi "Tak Hargai Waktu?". dokpri

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Apa yang akan terjadi jika kita terus menunda pekerjaan yang harus diselesaikan?

Akankah waktu tetap berpihak pada kita, atau justru kita akan dikejar oleh penyesalan yang tak pernah usai?

Sore itu, di sebuah ruang kelas yang sunyi, Rizky duduk termenung di bangkunya. Jam dinding yang terpasang di sudut ruangan berdetak pelan, seolah menunggu ia menyelesaikan tugas yang sudah ditunggu-tunggu.

Tapi, entah kenapa, pandangannya kosong, dan pikirannya melayang jauh. Tugas yang diberikan Ustaz Abdullah beberapa hari lalu masih belum ia sentuh. Di luar, suara temannya yang sedang bermain bola di halaman seolah menjadi godaan yang tak terbendung.

"Ah, nanti saja," gumamnya pelan, mencoba mengusir rasa bersalah yang mulai menghinggapinya. "Masih banyak waktu. Aku bisa menyelesaikannya besok."

Namun, saat itu juga, seakan dunia berhenti sejenak. Waktu, yang selama ini tampak begitu panjang, tiba-tiba terasa begitu sempit. Rizky merasakan tekanan yang begitu kuat di dadanya. Semua keputusan yang ia tunda, semua janji yang ia ingkari, mulai menghantui pikirannya.

Malam semakin larut, dan Rizky merasa semakin terperangkap dalam lingkaran penundaan. Begitu banyak alasan yang ia ciptakan untuk menghindari tugas itu. "Hari ini aku sudah lelah," pikirnya. "Besok saja, pasti ada waktu." Tetapi, esok tak pernah datang dengan mudah. Setiap hari, ia menyalahkan kesibukannya, namun tugas itu tetap menunggu, semakin menumpuk, semakin berat.

Hari demi hari berlalu. Tugas itu seolah menjadi bayangan yang terus mengejarnya. Ustaz Abdullah, yang awalnya memberikan kesempatan, kini mulai menunjukkan tanda-tanda keheranan. "Rizky, sudah hampir seminggu, bagaimana tugasmu?" tanyanya, dengan tatapan yang penuh arti. Rizky hanya bisa tersenyum canggung, berusaha menghindar. "Nanti saya kerjakan, Ustaz. InsyaAllah," jawabnya dengan suara yang mulai terdengar lemah.

Namun, dalam hatinya, ada perasaan yang semakin membebani. Ia tahu bahwa ia tak bisa lagi menghindar dari kenyataan. Waktu yang selama ini ia anggap melimpah, kini terasa begitu cepat berlalu, meninggalkannya dengan beban yang kian besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun