Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keikhlasan yang Mengguncang

5 Desember 2024   11:56 Diperbarui: 5 Desember 2024   12:26 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Apakah pernah terlintas di pikiranmu bahwa pengorbanan tanpa pamrih bisa membuka jalan tak terduga dalam hidupmu?

Di sebuah desa kecil yang damai, Ahmad dikenal sebagai siswa teladan. Dia selalu membantu siapa saja, tak peduli seberapa lelahnya dia. Tapi, seperti gelas yang terlalu penuh, hatinya mulai retak. "Kenapa tidak ada yang menghargai?" pikirnya berulang kali.

Hari itu, Ahmad baru selesai mengerjakan tugas kelompok. Ia yang bekerja paling keras, tapi teman-temannya malah sibuk bercanda. Ketika presentasi selesai, mereka mendapat tepuk tangan meriah, dan semua pujian mengarah kepada Hamid, salah satu temannya yang hanya bicara di depan.

"Luar biasa, Hamid! Hebat sekali!" ujar guru mereka. Ahmad hanya tersenyum kecil, tapi dadanya sesak.

Di sore yang mendung, Ahmad duduk di serambi masjid sambil menatap kosong ke arah jalanan. Ustaz Karim, guru ngajinya, muncul dengan langkah pelan. "Ahmad, kamu kenapa? Wajahmu seperti menanggung dunia."

Ahmad menunduk. "Ustaz, saya capek. Saya kerja keras, tapi orang lain yang dapat pujian. Apa gunanya semua ini?"

Ustaz Karim tersenyum bijak, lalu mengeluarkan kitab Ta'lim al-Muta'allim dari tasnya. Ia membuka sebuah halaman dan berkata, "Ikhlas adalah melakukan sesuatu hanya untuk Allah, tanpa peduli pujian dari manusia."

"Tapi Ustaz, rasanya tidak adil. Bukankah wajar kalau saya ingin dihargai?" tanya Ahmad, hampir menangis.

"Ahmad, ingatlah ini: dunia ini bukan panggung untuk mencari tepuk tangan manusia. Kalau kamu melakukan sesuatu hanya karena Allah, pujian manusia tak akan berarti apa-apa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun