Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Di Balik Nilai KKM

4 Desember 2024   21:53 Diperbarui: 4 Desember 2024   21:56 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak Arman menatapnya tajam. "Bu Retno, Anda harus mengerti, kita bukan hanya mengajar di kelas. Kita juga menjaga citra sekolah. Kalau Anda tidak bisa bekerja sama, itu akan menjadi masalah besar."

Sebelum Bu Retno bisa menjawab, pintu terbuka dengan suara keras, dan Raka tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Semua mata tertuju padanya, seolah waktu berhenti sejenak. Dengan tangan gemetar, Raka membuka lukisan besar yang dia bawa.

Lukisan itu menggambarkan wajah seorang guru yang sedang membimbing muridnya dengan penuh kesabaran. Di bawahnya tertulis: "Guru adalah cahaya, bukan bayang-bayang."

Ruangan mendadak hening. Tidak ada yang bisa berkata apa-apa. Pak Arman terdiam, wajahnya berubah menjadi merah. "Apa maksudmu ini, Raka?" tanya Pak Arman, tetapi suaranya terasa lemah.

Raka menatapnya langsung, tidak gentar. "Pak, saya tahu nilai saya tidak bagus. Tapi saya belajar dari Bu Retno bahwa menjadi jujur dan bekerja keras itu lebih penting daripada sekadar angka di rapor."

Bu Retno tersenyum bangga, matanya sedikit berkaca-kaca. Semua guru di ruangan itu, termasuk Pak Arman, terdiam merenung. Raka tidak hanya melukis, tetapi juga mengguncang hati mereka semua dengan keberaniannya.

Tiba-tiba, ponsel Pak Arman bergetar. Ia melihat layar dan wajahnya memucat. Ada pesan masuk dari Dinas Pendidikan: "Laporan prestasi sekolah Anda harus mencakup keberhasilan dalam membentuk karakter siswa. Pendidikan tidak hanya soal nilai."

Dengan tatapan kosong, Pak Arman akhirnya mengangguk. "Baiklah, kita akan membahas ulang kebijakan ini."

Tak lama setelah itu, lukisan Raka viral di media sosial. Ribuan orang mulai membicarakan tentang pentingnya pendidikan karakter dan etika di sekolah. Bahkan, beberapa wartawan datang ke sekolah untuk menginterview Raka dan Bu Retno. Ternyata, perubahan itu dimulai dari keberanian seorang siswa dan seorang guru untuk berdiri teguh pada prinsip mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun