Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Analisis Urgensi Reuni 212 dalam Berbagai Perspektif

2 Desember 2024   07:06 Diperbarui: 2 Desember 2024   07:22 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
reuni 212. detik.com

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Pendahuluan

Reuni 212, yang dilaksanakan setiap tahun, merupakan pertemuan akbar umat Muslim yang awalnya dimulai sebagai aksi solidaritas terhadap kasus penistaan agama pada 2016. Hari ini, Senin, 2 Desember 2024, peserta aksi dari berbagai daerah kembali berkumpul di Monas, Jakarta. Kegiatan diawali dengan salat tahajud berjamaah, zikir, dan doa bersama, serta menghadirkan sejumlah tokoh agama dan masyarakat.

Dalam analisis ini, urgensi Reuni 212 akan dibahas dari perspektif keagamaan, sosial, politik, ekonomi, dan kritik untuk memahami dampak acara ini secara lebih mendalam.

Perspektif Keagamaan

Dari sudut pandang keagamaan, Reuni 212 merupakan momen penting untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah melalui ibadah bersama.

Pelaksanaan salat tahajud dan zikir kolektif menunjukkan komitmen peserta terhadap pendekatan spiritual dalam mendoakan bangsa. Hal ini selaras dengan prinsip Islam tentang kekuatan doa dan kebersamaan, sebagaimana dinyatakan dalam QS Al-Maidah: 2, "Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa."

Namun, urgensi acara ini juga memerlukan evaluasi agar kegiatan spiritual tersebut tidak hanya bersifat simbolis, melainkan memberikan dampak nyata bagi kehidupan umat Muslim dalam jangka panjang.

Perspektif Sosial

Secara sosial, Reuni 212 menciptakan ruang untuk mempererat solidaritas umat Muslim dari berbagai latar belakang.

Kehadiran relawan yang menyediakan logistik gratis mencerminkan nilai gotong-royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Menurut teori social capital oleh Robert Putnam, kegiatan seperti ini memperkuat jaringan sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan dan kerja sama antarindividu.

Namun, di sisi lain, beberapa pihak mengkhawatirkan potensi eksklusivitas acara yang dapat memperdalam kesenjangan antar kelompok. Oleh karena itu, narasi yang dibangun dalam acara ini perlu bersifat inklusif dan mengedepankan persatuan bangsa.

Perspektif Politik

Kehadiran tokoh-tokoh nasional dan undangan kepada pejabat negara seperti Presiden Prabowo Subianto menempatkan Reuni 212 sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi politik. Hal ini menunjukkan bahwa acara ini bukan hanya pertemuan keagamaan, tetapi juga platform untuk memperjuangkan nilai-nilai yang dianggap penting oleh peserta.

Namun, dalam konteks politik, kegiatan ini perlu diatur agar tidak menjadi alat polarisasi masyarakat. Mengingat situasi politik Indonesia yang sensitif, penyelenggara harus memastikan bahwa pesan yang disampaikan mendukung stabilitas politik dan tidak memperburuk fragmentasi sosial.

Perspektif Ekonomi

Dampak ekonomi dari Reuni 212 tidak bisa diabaikan. Kehadiran ribuan peserta memberikan peluang ekonomi bagi UMKM di sekitar Monas, seperti pedagang makanan, minuman, dan perlengkapan ibadah.

Data empiris menunjukkan bahwa kegiatan massal semacam ini dapat meningkatkan pendapatan UMKM lokal hingga 30% pada hari pelaksanaannya (Sumber: Studi Ekonomi Lokal, 2020).

Namun, dampak positif ini harus diimbangi dengan pengelolaan anggaran untuk fasilitas umum, seperti keamanan, kebersihan, dan pengaturan lalu lintas, agar tidak membebani pemerintah daerah.

Perspektif Kritik

Meskipun memiliki banyak manfaat, Reuni 212 juga mendapat kritik terkait efektivitasnya dalam membawa perubahan nyata bagi masyarakat. Beberapa pihak menilai acara ini lebih cenderung menjadi simbol solidaritas daripada wadah solusi konkret untuk permasalahan bangsa.

Menurut teori public sphere oleh Jrgen Habermas, diskusi publik yang sehat harus mendorong dialog rasional dan inklusif. Oleh karena itu, Reuni 212 harus menjadi ruang yang tidak hanya merayakan kesamaan nilai, tetapi juga menciptakan langkah nyata menuju perbaikan bangsa.

Kesimpulan

Pelaksanaan Reuni 212 hari ini mencerminkan semangat kebersamaan umat Muslim dalam memperjuangkan nilai-nilai agama, sosial, dan politik.

Acara ini memiliki potensi besar untuk memperkuat solidaritas dan mendukung ekonomi lokal. Namun, untuk memastikan dampaknya positif bagi bangsa, penyelenggaraan harus inklusif dan narasi yang disampaikan harus mempromosikan persatuan.

Dengan demikian, Reuni 212 dapat menjadi kontribusi nyata dalam membangun Indonesia yang damai, sejahtera, dan berkeadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun