OLEH: Khoeri Abdul Muid
Pagi itu, Kampung Sindangjati terasa lengang. Tak ada gemuruh suara pengeras suara atau warga berkerumun. Pilkadus, meski penting, tetap tak seheboh Pilkada atau Pilpres. TPS yang mereka tuju hanya dihiasi beberapa kursi plastik dan petugas yang lebih sibuk memainkan ponsel daripada melayani pemilih.
"Nyoblos terus sarapan, yuk. Aku tahu tempat baru, katanya enak banget!" Rina mengajak Dinda sambil tersenyum.
"Di mana?" tanya Dinda, suaranya datar.
"Di arah Palasari. Namanya Warung Rempah Rasa. Menunya bikin ngiler," jawab Rina penuh semangat.
TPS sepi, hanya diisi beberapa warga tua yang sabar menunggu giliran. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, tinta ungu sudah menghiasi jari mereka.
"Beres!" ujar Rina sambil tertawa. "Ayo, waktunya makan."
Perjalanan menuju Warung Rempah Rasa terasa singkat. Tempat itu tampak sederhana namun menenangkan, dengan bangunan serba kayu dan aroma rempah yang menggoda. Di papan menu tertulis:
- Zuppa Soup
- Salad Solo
- Nasi Liwet
- Siomay
- Bakso Goreng
- Teh Sereh
Di bawahnya, sebuah catatan kecil menarik perhatian: Free Es Teler untuk pelanggan hari ini.
"Pilihan tepat, Rin," puji Dinda, akhirnya tersenyum.