Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak Ibrahim dan Warisan Spiritualnya (5)

26 November 2024   15:09 Diperbarui: 26 November 2024   15:13 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Soal nasib. Meski bagai langit- bumi. Ponco dan Silo merupakan teman berkelindan. Teman sinorowedi. Teman securahan hati.

Berlatarbelakang yang lain. Pendidikan Ponco mandeg sampai jenjang SMA. Sementara Silo berkesempatan mengenyam ilmu di IKIP Yogyakarta hingga S-3.

Beruntung mereka bekerja dalam lingkungan yang sama. Silo meskipun masih muda sudah dipercaya menjadi asisten Bupati. Sementara Ponco, pasukan Satpol PP. Sehingga hampir saban hari pasca-bekerja. Ponco dan Silo mengistiqomahkan kebiasaan lama. Kongko-kongko. Ngopi-ngopi. Tapi no smoking.

Sebenarnya, saat di SD, rangking Ponco lebih baik dari Silo. Sehingga meski senjang taraf pendidikannya, tapi Ponco mampu mengimbangi Silo saat bergulat pikir dalam 'guyon maton' mereka.

Ya. Mereka sering berdiskusi soal apa saja. Se-mood mereka.

Asiknya, dua-duanya hoby membaca buku-buku tebal dan menulis di blog "Nitizen_Bersatu".

Kali ini mereka masih berdebat soal jejak Ibrahim dan warisan spiritualnya.

Ponco:
Maksud Ibrahim mengatakan itu apa ya? Apakah dia benar-benar merasa patung itu bisa berbicara?

Silo:
Ibrahim tahu bahwa Raja Namrud tidak akan pernah mempercayai bahwa patung-patung itu bisa berbicara atau bertindak. Tapi, dengan bijaksana, Ibrahim justru mengalihkan perhatian Raja ke kebodohan penyembahan berhala. Dia menunjukkan bahwa patung-patung itu tak lebih dari benda mati, yang tidak bisa berbicara atau bergerak. Bahkan, ia menyarankan Raja untuk bertanya pada patung terbesar di kuil itu, dengan cara yang sangat bijak, sehingga Raja Namrud mulai berpikir.

Ponco:
Oh, jadi Ibrahim dengan cerdik menunjukkan kebodohan penyembahan berhala itu.

Silo:
Benar sekali. Lalu, mari kita bayangkan situasinya: Ibrahim dibawa oleh petugas kerajaan, yang tampaknya cukup dilengkapi dengan senjata tradisional seperti pedang dan tombak, menuju ke kuil yang ada di kota Ur. Ur sendiri terletak di pantai timur Teluk Persia, di mana dari Babilonia, kita harus bergerak lebih jauh ke selatan.

Ponco:
Oh, jadi Ur itu kota yang jauh juga ya?

Silo:
Iya, dan petugas itu membawa Ibrahim untuk dihadapkan kepada Raja Namrud. Ibrahim kemudian diinterogasi langsung di dalam kuil, bukan di balairung istana seperti yang banyak orang bayangkan. Di kuil itulah, Raja Namrud bertanya kepada Ibrahim tentang penghancuran patung-patung, yang menurut desas-desus, dilakukan oleh Ibrahim.

Ponco:
Lalu, bagaimana reaksi Ibrahim terhadap pertanyaan Raja Namrud?

Silo:
Ibrahim menjawab dengan tenang, "Tuan Raja, saya tidak mengerti. Mengapa paduka mencurigai saya yang menghancurkan patung-patung itu, sementara patung besar itu malah dikelilingi oleh palu, yang mungkin digunakan oleh patung itu untuk menghancurkan teman-temannya?" Dengan cara ini, Ibrahim tidak hanya membela diri, tetapi juga mengekspos kebodohan penyembahan terhadap benda mati.

Ponco:
Tapi Raja Namrud pasti marah dengan jawaban Ibrahim, kan?

Silo:
Raja Namrud terkejut dan langsung membantah, "Apakah kau sudah gila, anak muda? Patung itu tidak bisa berbicara, apalagi melakukan apa pun!"

Ponco:
Lalu Ibrahim jawab apa?

Silo:
Ibrahim tersenyum mendengar jawaban Raja Namrud, lalu dengan bijak menjawab, "Betul, patung itu tidak bisa berbicara. Namun, seperti itulah Tuhan yang sejati, yang Maha Kuasa. Patung-patung itu hanyalah benda mati."

Ponco:
Wah, hebat sekali jawaban Ibrahim. Jadi, semua orang yang mendengar pun terheran-heran, ya?

Silo:
Iya, semua perajurit yang hadir di sana terheran-heran mendengar jawaban Ibrahim yang sangat tegas dan penuh keyakinan itu. Ibrahim dengan satu kalimat berhasil mengguncang keyakinan mereka tentang penyembahan berhala.

BERSAMBUNG.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun