Ponco:
Betul! Ibunya lalu menjawab, "Akulah yang harus kau sembah." Tapi Ibrahim masih bertanya, "Siapa yang harus ibu sembah?" Dan ibunya pun menjawab, "Ayahmu." Ibrahim tidak berhenti bertanya. "Siapa yang harus ayah sembah?" Sang ibu menjawab, "Sang raja." Dan Ibrahim kembali bertanya, "Lalu, siapa yang harus sang raja sembah?" Sang ibu menjawab, "Sang raja dan kita juga menyembah dewa-dewa."
Silo:
Ibrahim yang kecil sudah mulai mempertanyakan apa yang diajarkan kepadanya. Pada masa itu, masyarakat Babilonia memuja banyak dewa---dewa yang mereka percaya mengatur kehidupan mereka, seperti dewa langit Il Enlil, dewa yang lebih besar lagi, Il Marduk, dan Il Tiamat, yang berhubungan dengan kekuatan alam. Ibrahim jelas merasa tidak puas dengan penjelasan ibunya.
Ponco:
Kenapa ya Ibrahim bisa bertanya begitu? Apa yang membuat dia berpikir seperti itu?
Silo:
Bergantung pada latar belakang sejarah, Ibrahim mulai mempertanyakan kepercayaan politeistik yang berkembang di Babilonia. Waktu itu, masyarakat dipengaruhi oleh kepercayaan bahwa dewa-dewa mengatur segala aspek hidup mereka. Ini bisa jadi berakar dari pandangan Ibrahim yang lebih mendalam tentang Tuhan yang lebih tinggi, berbeda dengan ajaran yang berkembang di sekitarnya.
Ponco:
Ah, itu menarik! Tapi, ada juga cerita lain yang berhubungan dengan peristiwa ini. Jadi, setelah Namrud muda naik tahta, dia terlibat dalam sebuah skandal. Kata orang, dia bahkan terlibat dengan ibunya sendiri! Itu jadi perbincangan publik di kedai-kedai minum, kan?
Silo:
Benar, itu bagian dari kisah Namrud yang lebih gelap. Untuk menutupi aib tersebut, Namrud mulai membangun dirinya sebagai sosok yang dianggap lebih besar---sebagai "anak dewa langit." Dia bahkan memperkenalkan dirinya sebagai sosok yang ditakdirkan untuk memimpin. Namrud mendeklarasikan bahwa ucapannya adalah hukum dan ia bisa mengendalikan segalanya.
Ponco:
Iya, dan bahkan ada cerita tentang Namrud yang bermimpi. Dalam mimpinya, dia melihat bahwa akan ada seorang bayi laki-laki yang lahir pada tanggal tertentu, yang diramalkan akan menandakan akhir kekuasaannya. Nah, karena Ibrahim lahir pada tanggal yang sama, Namrud pun memerintahkan agar setiap bayi laki-laki yang lahir pada hari itu dibunuh.
Silo:
Itu benar-benar tindakan yang mengerikan. Orang tua Ibrahim, tentu saja, sangat khawatir dan berusaha menyelamatkan Ibrahim. Mereka akhirnya menyembunyikan Ibrahim yang masih bayi, dan membawanya ke sebuah gua di luar kota. Meski Ibrahim masih bayi, ini adalah langkah penting dalam perjalanan hidupnya. Mereka tidak tinggal di gua itu, tapi itu adalah tempat persembunyian yang aman untuk sementara waktu.
Ponco:
Sungguh luar biasa, ya. Ibrahim yang masih kecil sudah mempertanyakan apa yang harus disembah, dan orang tuanya malah harus menghadapi ancaman besar seperti itu. Bisa dibayangkan betapa kuatnya keyakinan Ibrahim terhadap Tuhan, yang bahkan sejak muda sudah berani berbeda dengan mayoritas masyarakat saat itu.
BERSAMBUNG.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H