Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penderitaan Itu dari Dalam

24 November 2024   17:10 Diperbarui: 24 November 2024   17:13 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Langit senja di Desa Karangjati berwarna oranye kusam, seolah menggambarkan hidup Pak Darma yang penuh keluh kesah. Usianya lima puluh tahun, tapi wajahnya yang keriput dan sorot matanya yang redup membuatnya tampak lebih tua. Di sudut desa itu, ia merenung di tepi sungai kecil.

"Miskin karena saudara rampas tanah warisan. Hidup sendiri karena istri dan anak pergi. Semua ini karena mereka! Mereka yang membuat hidupku sengsara!" keluhnya, melempar batu kecil ke sungai.

Pak Darma tinggal di rumah tua yang hampir roboh. Lima tahun terakhir, ia hidup sendirian setelah istrinya pergi, tidak tahan dengan sifatnya yang kasar. Anak-anaknya memilih menjauh. Tetangga enggan berbicara dengannya karena ia sering memaki dan menyalahkan siapa saja.

Malam itu, Pak Darma terbangun mendengar suara dari dapurnya. Dengan tongkat kayu di tangan, ia berjalan perlahan, pikirannya dipenuhi kecurigaan.

Sesampainya di dapur, ia menemukan sosok perempuan berdiri membelakanginya. Wajahnya pucat, mengenakan kain lusuh.

"Siapa kau?!" bentak Pak Darma.

Perempuan itu menoleh perlahan, menatapnya dengan mata yang tajam. "Aku adalah kebenaran yang kau hindari."

Pak Darma mengernyit. "Apa maksudmu? Jangan bicara aneh!"

Perempuan itu mendekat. "Penderitaanmu bukan karena orang lain. Semua ini berasal dari dirimu sendiri."

Pak Darma tertawa sinis. "Omong kosong! Aku menderita karena mereka! Istriku yang tidak setia, anak-anakku yang durhaka, dan saudara-saudaraku yang serakah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun