Namun, saat ia membuka gerobaknya, ia menemukan sepucuk surat tergantung di atas panci:
"Ton, garam itu tidak pernah merebut nama soto. Tapi tanpanya, soto nggak akan pernah sama. Jadilah garam yang menguatkan rasa, bukan garam yang ingin diakui. Semoga sukses, ya. - Sri."
Beberapa bulan kemudian, gerobak Tono mulai ramai pelanggan. Meski tak sebesar milik Sri, ia mulai menikmati kebahagiaan yang datang dari rasa syukur. Dan di setiap panci sotonya, ia selalu ingat pelajaran terbesar yang ia dapatkan: keikhlasan adalah bumbu yang paling berharga, meski tak pernah disebutkan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H