Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Piala Retak

23 November 2024   01:33 Diperbarui: 23 November 2024   01:36 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Malam itu, hujan turun deras. Angga duduk di sudut kamar sempitnya, menatap sebuah piala retak yang tersimpan di atas meja. Piala itu adalah kenangannya---satu-satunya tanda bahwa ia pernah menjadi juara dalam sebuah lomba lari tingkat nasional, bertahun-tahun yang lalu. Tapi bagi Angga, piala itu juga adalah pengingat luka terbesar dalam hidupnya.

"Pak, aku yakin bisa menang lagi!" kata Angga dengan penuh semangat pada ayahnya suatu hari, di masa lalu yang terasa seperti mimpi.

Ayahnya, seorang buruh tani, tersenyum tipis. "Tapi, Ga, lomba ini butuh biaya. Bapak sudah nggak punya uang untuk daftar dan beli sepatu barumu."

"Bapak percaya aku, kan?" tanya Angga, matanya berbinar. "Kalau aku menang, hadiahnya bisa buat bayar utang kita. Buat bikin hidup kita lebih baik!"

Ayahnya terdiam lama, menatap anaknya yang penuh tekad itu. "Kalau begitu, kita coba. Tapi janji, kalau gagal, kamu harus tetap bersyukur. Urip kuwi ora sampurna, Nak."

Angga mengangguk. Saat itu, keyakinannya tak tergoyahkan.

Hari lomba pun tiba. Dengan sepatu tua yang solnya sudah menipis, Angga melangkah ke garis start. Ia tahu, anak-anak lain memakai sepatu mahal dan mendapat dukungan penuh dari keluarga mereka. Tapi ia tak peduli. Ia berlari dengan segenap kekuatan, membayangkan ayahnya yang bekerja keras di ladang, membayangkan ibunya yang sudah lama sakit-sakitan.

Dan ia menang.

Angga berdiri di podium, memegang piala itu dengan bangga. Orang-orang bersorak, menyebut namanya. Saat ia pulang membawa piala dan hadiah uang, ia merasa seperti pahlawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun