Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepenggal Asa di Tengah Rimba

21 November 2024   21:19 Diperbarui: 21 November 2024   21:31 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. istockphotos.com

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di sebuah hutan lebat di tepi desa, tinggal seorang lelaki tua bernama Pak Riyono. Tubuhnya kecil, wajahnya penuh kerutan, namun matanya memancarkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Sejak muda, ia dikenal sebagai penjaga hutan—bukan karena jabatan, melainkan karena cintanya pada alam. Bagi penduduk desa, ia hanyalah pria tua yang hidup sederhana, tetapi bagi hutan itu, ia adalah pelindung setia.

Setiap hari, Pak Riyono menyusuri rimba dengan langkah lambat, memungut dahan yang patah, memastikan tak ada sampah, dan berbicara kepada pohon-pohon tua seolah mereka adalah teman lamanya. Di sisi lain, cucunya, Yani, gadis kecil berusia sembilan tahun, sering mengikutinya.

"Kakek, kenapa Kakek bicara dengan pohon?" tanya Yani sambil mengusap keringat di dahinya.

Pak Riyono tersenyum, menatap pohon besar di depannya. "Pohon ini sudah hidup lebih lama dari kita, Yani. Mereka tahu lebih banyak tentang dunia daripada kita. Kalau kita mau mendengar, mereka akan mengajari kita banyak hal."

Yani mengernyitkan dahi, masih bingung, tetapi ia tahu, suatu hari, ia akan mengerti.

Suatu siang yang terik, seorang pria muda bernama Satrio datang ke desa. Penampilannya mencolok: jas mahal, sepatu mengkilap, dan sebuah truk besar penuh alat berat. Ia memperkenalkan dirinya sebagai pengusaha kayu sukses yang ingin membuka jalan baru di hutan.

"Saya sudah survei, dan jalan ini akan memudahkan penduduk membawa hasil bumi ke kota. Hutan ini besar, kok. Beberapa pohon ditebang tidak masalah," katanya penuh percaya diri di hadapan para warga.

Sebagian besar warga setuju. Pembangunan jalan dianggap sebagai peluang emas. Tetapi Pak Riyono hanya duduk diam di sudut, wajahnya gelap.

Setelah pertemuan selesai, Pak Riyono mendekati Satrio. "Nak, hutan ini bukan cuma kumpulan pohon. Ini rumah bagi banyak makhluk hidup. Kalau kau tebang tanpa berpikir panjang, kau menghancurkan kehidupan mereka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun